Bisnis.com, MAGELANG--Candi Borobudur merupakan salah satu dari 10 destinasi pariwisata yang tengah dikembangkan pemerintah yang nantinya diharapkan dapat menyedot sebanyak-banyaknya wisatawan mancanegara.
PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko selaku pengelola Taman Wisata Candi Borobudur terus berbenah melalui kerja sama dengan masyarakat desa di sekitar Candi Borobudur untuk mengoptimalkan potensi yang ada di daerah tersebut.
Salah satu program yang ditawarkan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko adalah membangun Balai Ekonomi Desa (Balkondes) untuk pengembangan pariwisata desa di sekitar Candi Borobudur.
Dirut PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Edy Setijono mengatakan selama ini masyarakat hanya terfokus di Candi Borobudur, dan hasilnya mereka hanya sebagai pedagang asongan di kawasan candi Buddha terbesar di dunia tersebut.
"Padahal, masyarakat di sekitar candi dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki untuk mendukung kemajuan pariwisata di kawasan Borobudur," ucapnya.
Ia menuturkan guna merintis pembangunan Bakondes tersebut, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko bekerja sama dengan pihak desa telah membangun sebuah Balai Ekonomi Desa Ngaran, Kecamatan Borobudur. Pihaknya menargetkan dapat mendampingi pendirian 20 Balkondes se-Kecamatan Borobudur.
"Pembangunan Balkondes ini sebagai stimulan saja, kami ingin desa-desa yang lain secara bertahap mewujudkannya dan kami siap untuk mendampinginya," ujarnya.
Ia menuturkan melalui program tersebut ingin menunjukkan bawa Candi Borobudur itu bermanfaat tanpa harus disentuh.
"Kami tidak menyentuh Candi Borobudur sama sekali, tetapi memanfaatkan keberadaan Candi Borobudur. Jadi wisatawan tidak hanya sekadar mengunjungi candi, tetapi mereka menikmati wisata desa di sekitar Candi Borobudur," imbuhnya.
Ia mengemukakan sebenarnya siapa saja bisa membuat seperti ini, tetapi kalau tidak ada yang memulai juga susah, mungkin orang butuh contoh.
"Kami berharap semua masyarakat di sekitar Borobudur mempunyai usaha," katanya.
Ia berharap di setiap Balkondes memiliki 10 "home stay", sehingga dari 20 desa yang dibangun Balkondes nantinya ada 20 home stay. Kalau setiap home stay mempunyai tiga kamar berarti ada 600 kamar. Jika satu kamar dipakai dua pengunjung berarti bisa menampung 1.600 pengunjung.
Berkaitan dengan target kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak dua juta orang ke Borobudur dan sekitarnya tahun 2019, katanya maka kawasan Borobudur telah siap untuk menampung mereka.
"Jika kunjungan dua juta wisman terwujud per tahun, sekitar 5.000 wisman per hari datang ke Borobudur dan objek wisata lain di Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta, maka paling tidak masyarakat berperan 10 persen karena mampu menampung 1.200 wisman, sisanya silakan investor yang menampung," jelasnya.
Ia menuturkan jangan semua investor yang menangkap peluang tersebut, masyarakat harus terlibat dan pihaknya siap mendampingi pihak desa yang ingin mengembangkan potensi wisata di daerahnya.
Kampung Bambu PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko saat ini tengah melakukan pendampingan pengembangan Desa Wisata Kampung Bambu Klatakan di Desa Wringinputih, Borobudur.
Sekretaris PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Pujo Suwarno mengatakan di kampung bambu tersebut terdapat sekitar 20 hektare rumpun bambu yang semula sebagai kawasan konservasi dan kini dikembangkan menjadi lokasi wisata.
"Di lokasi ini wisatawan diajak menikmati wisata baru berada di areal rumpun bambu, antara lain berupa adventure, 'tracking', kuliner, dan di desa ini ada pertemuan aliran Sungai Tangsi dan Sungai Progo serta menikmati panorama sunset," tambahnya.
Ia mengatakan di Kampung Bambu Klatakan ini wisatawan bisa bersahabat dan menyatu dengan alam, sehingga orang ke Borobudur tidak hanya ke candi saja, tetapi banyak tujuan wisata di kawasan Borobudur yang dapat dinikmati.
"Kampung Bambu Klatakan ini menambah objek wisata sehingga pengunjung di kawasan Borobudur akan mendapat pengalaman lebih banyak," tukasnya.
Ia menyatakan Kampung Bambu Klatakan dikelola oleh masyarakat, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko sifatnya hanya pendampingan.
Kepala Desa Wringinputih, Suprih Prasetyo mengatakan di Dusun Bojong ini menjadi sasaran investor, berawal dari hal tersebut kemudian timbul semangat masyarakat bahwa daerah ini memiliki potensi yang bisa dikembangkan.
"Daerah ini memiliki potensi yang bagus, maka tidak akan kami jual tanah ini, tetapi dikembangkan, ditata, dan dilestarikan sehingga bisa menghasilkan lebih dari pada tanah dijual," katanya.
Ia menuturkan pengembangan Kampung Bambu Klatakan diharapkan dapat menjadi wisata alternatif di luar Candi Borobudur.
"Konsep penataan wisata PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Rau Boko adalah pengembangan wisata di sekitar Candi Borobudur, maka kami tawarkan dusun kami ini," ungkapnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, Edy Susanto mengatakan masyarakat sekarang sudah pandai membaca peluang dan pihaknya semakin optimistis dengan pariwisata seperti ini maka konservasi juga terjaga karena masyarakat akan memelihara lingkungannya.
Travel