Yeren, pemandu wisata Labuan Bajo selalu memantau perkembangan berita maupun aturan-aturan terkait pariwisata Labuan Bajo dari pemerintah melalui internet yang semakin cepat di wilayahnya.
Travel

JELAJAH SINYAL 2022 : Sebongkah Asa Yeren Akan Masa Depan Pariwisata Kepulauan Komodo

Sholahuddin Al Ayyubi
Selasa, 8 November 2022 - 05:37
Bagikan

Bisnis.com, NTT –  Sembari menatap keindahan pemandangan laut Labuan Bajo, Yeren seorang pemandu wisata berusia 22 tahun itu hanya bisa menerawang dan menarik nafas panjang tatkala mencoba menerka masa depan pariwisata Kepulauan Komodo ke depan.

Sembari memilin rambutnya yang kribo khas masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) itu, Yeren mengaku galau dan bingung, apakah pariwisata di Kepulauan Komodo bisa kembali ramai seperti dulu atau tidak.

Pasalnya, dirinya mendengar kabar bahwa pemerintah pusat berencana menaikkan harga tiket masuk ke Pulau Komodo dan Pulau Padar menjadi Rp3.750.000 per orang mulai 1 Januari 2023.

Dirinya khawatir rencana tersebut bakal mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke lokasi tersebut. Mengingat adanya perbedaan biaya yang sangat signifikan dengan sebelumnya.

Biasanya, harga tiket masuk ke Taman Nasional Komodo hanya Rp5.000 pada hari Senin-Jumat dan Rp7.500 pada hari Sabtu-Minggu untuk wisatawan lokal. Sementara untuk wisatawan asing, dikenakan biaya masuk Rp150.000 pada hari Senin-Jumat dan Rp225.000 untuk Sabtu-Minggu.

Menurut Yeren, isu tentang kenaikan harga tiket masuk yang belum diterapkan itu sudah membuat para pelancong mundur perlahan untuk berlibur ke Taman Nasional Komodo.

"Isu kenaikan tiket saja sudah membuat wisatawan batal ke Pulau Komodo, padahal kan kenaikan itu belum diterapkan, tapi wisatawan sudah mulai berkurang sekarang," ujarnya kepada Tim Jelajah Sinyal 2022 Bisnis Indonesia.

Yeren mengisahkan, dirinya sudah menjadi guide untuk wisatawan asing dan lokal sejak 2018. Namun, sejak awal 2020, ketika pandemic Covid-19 menyerang Indonesia, aktivitas pariwisata di sana menjadi menurun drastis dan tidak ada wisatawan asing maupun lokal yang datang.

"Saya akhirnya waktu itu pulang kampung untuk jadi petani cengkih karena wisata Labuan Bajo saat itu ditutup dan tidak ada wisatawan," tuturnya.

Padahal menurut Yeren, pemasukan selama jadi guide cukup lumayan untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya, ibunya di rumah hingga kebutuhan sekolah adiknya. Menurutnya, pendapatannya selain diperoleh dari kantor agensi wisata lokal yang menyewa dirinya, juga seringkali mendapatkan tips dari para pelancong yang dibawanya ke sejumlah tempat di sekitar Labuan Bajo itu.

Beberapa tempat wisata yang ditawarkan Yeren ke pelancong antara lain Pulau Komodo, Pulau Padar dan Pink Beach serta Pulau Rinca. Jasa layanan perjalanan wisata one day trip tersebut menggunakan perahu kayu maupun speed boat, tergantung permintaan pelancong.

Yeren mengakui, saat pandemic Covid-19 menyerang, dirinya terpaksa harus pulang kampung dan mencari nafkah dengan bekerja sebagai penjual ikan di pasar tradisonal daerah Ruteng maupun menjadi petani cengkeh dengan hasil panen yang dijual tidak sampai Rp100.000/kg.

Namun, setelah pandemi Covid-19 mulai menurun dan pariwisata di Labuan Bajo dibuka kembali oleh pemerintah, Yeren sangat antusias. Pasalnya, wisatawan asing dan lokal mulai berdatangan lagi untuk melihat keindahan pulau-pulau di sekitar Labuan Bajo.

JELAJAH SINYAL 2022 : Sebongkah Asa Yeren Akan Masa Depan Pariwisata Kepulauan Komodo
Namun demikian nampaknya Yeren tidak akan mampu mempertahankan senyum sumringahnya itu bertahan di tahun depan, seiring keputusan pemerintah pusat yang berencana menaikkan harga tiket masuk ke Pulau Komodo dan Pulau Padar menjadi Rp3.750.000 per orang mulai 1 Januari 2023 tersebut.

Pasalnya dirinya memprediksi bahwa seluruh wisatawan asing dan lokal bakal menurun dan memikirkan ulang untuk berlibur ke Labuan Bajo dengan kondisi tariff tersebut. "Pasti bakal turun bang, jumlah wisatawannya, kan harganya juga tinggi sekali buat masuk per orang," ujarnya.

Menurut Yeren, isu tentang kenaikan harga tiket masuk yang belum diterapkan itu saja sudah mulai membuat para pelancong mundur perlahan untuk berlibur ke Taman Nasional Komodo. "Isu kenaikan tiket saja sudah membuat wisatawan batal ke Pulau Komodo, padahal kan kenaikan itu belum diterapkan, tapi wisatawan sudah mulai berkurang sekarang," ujarnya.

Remaja murah senyum tersebut, mengungkapkan bahwa dirinya selalu memantau perkembangan berita maupun aturan-aturan terkait pariwisata Labuan Bajo dari pemerintah melalui Internet yang semakin cepat di wilayah tersebut.

JELAJAH SINYAL 2022 : Sebongkah Asa Yeren Akan Masa Depan Pariwisata Kepulauan Komodo
Dirinya berharap agar pemerintah pusat bisa mengurungkan niatnya untuk menaikkan harga tiket di Labuan Bajo tersebut agar warga setempat tetap bisa mendapatkan pemasukan dari wisatawan yang hadir.

"Saya cuma berharap agar pemerintah tidak jadi menaikan harga tiket masuk itu, kalau harganya naik, pasti wisatawan sepi dan saya kembali lagi jadi petani cengkih dan berjualan ikan di pasar," tuturnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro