Bisnis.com, JAKARTA – Film Arisan! yang dirilis pada Desember 2003 akan selalu dikenang sebagai salah satu komedi satir terbaik Indonesia. Film ini begitu ‘renyah’ lantaran merepresentasikan gaya hidup warga kelas atas Jakarta dan problematika yang dihadapi mereka.
Tak hanya menghibur, Arisan! juga mendobrak karena berani menjabarkan isu-isu hangat kehidupan wanita dan pria matang usia 30-an kala itu, termasuk tema homoseksual pada awal 2000-an
Dalang cerita dibalik film ini, Nia Dinata termasuk salah satu tokoh kunci pada generasi sutradara yang mengembalikan kejayaan film-film lokal Indonesia pasca-98. Karya seperti Ca-bau-kan (2002), Berbagi Suami (2006), dan Perempuan Punya Cerita (2007) adalah kontribusi Teh Nia begitu sapaan akrabnya, terhadap keberagaman cerita perempuan di sinema Tanah Air.
Pun butuh waktu delapan tahun bagi Nia Dinata untuk merilis sekuel Arisan! 2 pada 2011. Layaknya orang yang bertambah usia, sekuel tersebut terasa lebih reflektif ketimbang sebuah acara ngumpul-ngumpul seru. Mood Arisan! 2 terasa mengalir, tidak cerewet dan nyaris tanpa konflik.
Dunia sosialita dalam film Nia Dinata selalu dikritisi dengan jenaka. Pada 2022, sindiran dan tawaan itu kembali hadir lewat Suka Duka Berduka, sebuah series delapan episode mengenai keluarga besar yang bermukim di Kemang, Jakarta Selatan selepas ditinggal mati oleh si pemimpin keluarga besar. Potret warga berduit dibingkai dalam cerita ‘perang’ berebut warisan.
Suka Duka Berduka menyapa dengan kutipan-kutipan yang menggelitik seperti “tangis paling keras, tawa paling lepas,” atau “home is where you are loved the most, but act the worst.”