/Bloomberg
Health

Anak Anda Terlambat Bicara? Ini Penyebab dan Solusinya

Puput Ady Sukarno
Minggu, 5 Januari 2014 - 23:58
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - "Mbok anak saya lagi ngapain? Sedang tidur kan? Syukurlah," tutur Ahmad Suryawan, Ketua Divisi Tumbuh Kembang RSUD dr. Soetomo, menirukan kebiasaan salah seorang ibu yang menelepon pembantunya untuk memastikan anaknya baik-baik saja.

Ibu tersebut, bahkan hampir setiap jam selalu menelepon pembantunya untuk memastikan bahwa anaknya yang masih balita (bawah lima tahun) sedang tidur dan tidak bermain atau menonton televisi.

Dengan mendengar kabar bahwa anaknya tersebut lebih sering tidur dari pada terjaga, membuat sang ibu merasa aman, lantaran kesibukannya tersebut tidak bisa menjaga si kecil setiap saat.

Ahmad Suryawan mencoba mengilustrasikan kebiasaan salah yang sering dilakukan hampir banyak orang tua, tetapi tanpa di sadari sebenarnya kebiasaan mengandung risiko yang mengancam tumbuh kembang sang buah hati, dan ujungnya dapat mempengaruhi kecerdasan sang anak ke depan.

“Karena kebiasaan yang salah itu, saat ini anaknya menjadi pasien saya. Usia anaknya sudah menginjak 4 tahun tapi kemampuan bicaranya masih belum seperti anak usia 4 tahun. Dia mengalami gangguan keterlambatan bicara-bahasa, akibat kekurangan input bahasa," ujarnya.

Menurut Dokter Anak Spesialis Tumbuh Kembang yang biasa dipanggil Wawan itu mengatakan bahwa masalah gangguan bicara pada anak mencakup tiga faktor penyebabnya, yakni kerusakan otak, kerusakan organ penerima (indra), dan juga gangguan input (kurang dan atau salah stimulan).

Namun, pengalaman dalam penanganan gangguan bicara-bahasa pada anak selama 6 tahun terakhir, gangguan input merupakan faktor paling dominan sebagai penyebabnya.

“Sekitar 90% bermasalah pada input sehari-hari, sisanya 10% gangguan di otak.," tuturnya.

Menurutnya, hal itu terjadi lantaran beberapa faktor, seperti kurangnya waktu interaksi verbal antara anak dan orang tua/pengasuh, kesalahan metode pengenalan stimulan, dan pengaruh media audio visual modern saat ini

Oleh karena itu, lanjutnya semua pihak (dokter, orang tua/pengasuh, dan guru) sebaiknya peka terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak mereka. Dan jika timbul kecurigaan maka harus melakukan deteksi dini.

“Kita harus berlomba dengan waktu. Mengingat, pada usia 2 tahun pertama, perkembangan otak anak sudah mencapai 80% dan pada usia 6 tahun sudah mencapai 95%. Dan di sinilah pintu gerbang kecerdasan anak-anak ditentukan,” ujarnya.

SELALU BERIKAN STIMULAN

Lalu, solusi atau hal-hal seperti apakah yang digunakan warga apabila memiliki buah hati yang mengalami gangguan bahasa-bicara?

Menurutnya, stimulan akan sangat berperan dalam penbentukan jaringan penghubung antar sel otak anak. Struktur otak anak akan terbentuk dengan baik apabila stimulasi yang diberikan seawal mungkin, secara terus menerus dan reguler serta melalui kosakata sehari-hari.

"Berikanlah stimulus melalui kosakata sehari-hari secara verbal atau ajak bicara si kecil dengan nada yang baik, sesering mungkin," tuturnya.

Selain itu, lanjutnya, orang tua dalam memberikan stimulus harus menggunakan metode yang baik dengan kuantitas yang banyak, sehingga kosakata yang terserap di memori sang anak semakin banyak.

"Anak harus sering-sering diajak bicara, meskipun mereka belum bisa merespon dengan jawaban. Karena apa yang kita ucapkan akan diserap dan disimpan dalam otak (kemampuan represif), dan setelah kosakata sudah banyak tersimpan, akan ditransfer ke bagian otak lain yang berperan dalam memproduksi kemampuan berbicara anak (kemampuan ekspresif)," tuturnya.

Wawan menambahkan, untuk anak dengan usia satu tahun, penuhi dengan kosakata dari nama-nama benda-benda disekitarnya. Dan untuk anak usia dua tahun pertama, gunakanlah dengan satu bahasa, setelah itu baru bisa diberikan stimulan input dengan bahasa yang lainnya lagi. Jangan dicampur menggunakan dua bahasa atau lebih.

Psikolog Anak dan Keluarga dari Medicare Clinic dan Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) Anna Surti Ariani mengatakan cara memberikan stimulan kosakata yang baik dan benar bagi si kecil dapat dilakukan dengan metode Talk Out Loud (berbicara dengan lantang).

"Untuk anak usia 1-2 tahun intinya adalah terus-terusan saja diajak berbicara. Dapat menggunakan metode ‘Talk out Loud’, yakni beri stimulan dengan kata-kata yang sederhana, singkat dan diucapkan dengan tempo yang pelan tapi lantang atau jelas,” tutur psikolog yang akrab disapa Nina tersebut.

Menurutnya bisa dimulai dari nama-nama benda di sekitarnya, atau sesuatu hal yang sedang dilakukan dibarengi dengan ucapan yang lantang, agar kosakata dan aktivitas itu ditangkap oleh si kecil.

“Misalnya ketika kita sedang memasak dan di situ ada si kecil. Kita ucapkan saja dengan lantang langkah-langkah apa yang sedang kita lakukan itu, seolah-olah kita sedang berbicara dengannya. Seperti misalnya saat kita mengambil wajan, menuang minyak goreng, menggoreng, dan lainnya. Jadi, si kecil akan menangkap nama-nama dari setiap gerakan kita,” tuturnya.

Jadi, lanjutnya selain sang anak melihat apa yang orang tua lakukan, saat bersamaan dia mendapatkan perbendaharaan kosakata baru mengenai apa yang dilakukan mamanya.

Namun begitu, apabila si kecil telah mendapatkan pengaruh kosakata yang kurang baik dari lingkungan, yakni ketika dia mengucapkan itu sebaiknya orang tua menggunakan teknik pengaburan atau pura-pura saja tidak mendengar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro