Bisnis.com, JAKARTA-- Sebagai bagian dari busana, perhiasaan sesungguhnya tak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga budaya. Begitu pula yang terdapat pada perhiasan Nusantara, yang zaman dulu biasa dikenakan oleh kaum bangsawan pribumi.
Sayangnya, pergantian zaman dan peradaban juga berimbas pada langkanya perhiasan etnik khazanah negeri ini. Tak sedikit koleksi perhiasan antik Indonesia yang sudah dimuseumkan, dan bahkan berada di tangan kolektor.
Oleh karena itu, usaha pelestarian menjadi sangat penting untuk dilakukan. Setidaknya hal itulah yang diterapkan oleh empat sekawan yang terdiri dari Ria W. Glenn, Terry Wijaya Supit, Yasmin Wiryawan dan Ina Symonds melalui bisnis perhiasan bernama Manjusha Nusantara.
“Manjusha berasal dari bahasa Sanskrit yang artinya kotak perhiasan. Jadi misinya kami tidak hanya berjualan, melainkan juga memperkenalkan perhiasan Indonesia kepada masyarakat luas,” ujar Ria.
Lebih lanjut, ungkap dia, semua perhiasan yang dijual telah melalui hasil riset ,observasi, dan interpretasi dari berbagai daerah Indonesia mulai dari Aceh, Padang, Lampung, Jambi, Madura, hingga Nusa Tenggara Timur.
Setelah menemukan model yang cocok untuk diduplikasi, mereka pun meminta bantuan pengrajin untuk membentuk perhiasan dengan bahan antara lain tembaga, perak, dan nikel yang disepuh dengan emas. Proses pembuatan satu model perhiasan bisa memakan waktu antara tiga hingga empat minggu, tergantung banyaknya proses trial and error yang dilalui.
Produknya pun terdiri dari beragam jenis perhiasan, seperti kalung, gelang, anting, cincin,pending atau ikat pinggang, hingga tusuk konde. Model aksesorinya yang kebanyakan terkesan glamor dan grande memang cocok dikenakan oleh perempuan dewasa berusia 30-an ke atas.
Adapun salah satu model perhiasan tertua yang pernah mereka duplikasi antara lain perhiasan Kerajaan Kalingga Jawa Tengah pada abad 6 Masehi berbentuk kalung. Selain itu, model kalung Buralayang Batak menjadi salah satu yang paling laris dicari karena bentuknya yang unik.
Tak hanya itu, kalung dengan bentuk Kudo Padang dari tembaga dengan paduan batu alam berwarna merah juga terlihat cantik dan menawan. Namun jika Anda menyukai motif yang lebih ramai, rasanya kalung Bohru Aceh dengan kilau peraknya mampu membuat Anda jadi pusat perhatian.
Bentuk unik lainnya terdapat pada kalung berbentuk rahim/omega asal Tanimbar Maluku Tenggara Barat yang melambangkan kesuburan pada perempuan. Alternatif lainnya jika Anda ingin terlihat lebih sederhana, cincin bermotif floral atau binatang dari Batak rasanya cukup menjadi fashion statement yang memberikan nuansa etnik nan antik pada penampilan Anda.
Menurut Ria, padu padan aksesori ini bisa digunakan untuk segala acara. Untuk ke acara formal dan pesta, Anda bisa memadukan gaun Anda dengan kalung yang glamor dan ramai seperti Buralayang Batak. Langkah lainnya, Anda bisa menumpuk beberapa kalung sekaligus untuk kesan yang lebih tegas.
Di sisi lain, Anda tetap bisa menggunakan aksesori ini ke acara santai dengan mengombinasikannya dengan T-shirt dan jeans. Penampilan Anda akan terihat lebih ceria dan kaya dengan sentuhan tradisional.
Harga yang ditawarkan untuk produk ini berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp7 juta, sudah termasuk biaya perawatan. Anda bisa menemukan perhiasan ini di gerai yang terdapat di Kemang seperti Hadiprana dan Dia.Lo.Gue Artspace dan beberapa pusat perbelanjaan di Jakarta. (Bisnis.com)
BACA JUGA:
Benedict Cumberbatch Menikah di Hari Valentine