JAKARTA: Belasan anak usia 5-13 tahun tampak asyik menabuh alat musik khas Jawa, seperti bonang, saron, kendang, dan gong. Mereka begitu serius membawakan beberapa lagu mengiringi temannya dan tamu yang ikut menyanyikan lagu Jawa.Kegiatan tersebut terlihat dalam acara pra pementasan Pujastungkara Agung, yang akan ditampilkan oleh Sanggar Laksita Mardhawa, sebuah komunitas seni tari dan kerawitan (Gagrak Mataram Ngajogjakarta).Arie Bekti Budi Hastuari, Pimpinan Laksika Mardhawa, mengatakan Pujastungkara Agung adalah sebuah platform kegiatan budaya, yang dikonsepkan untuk terus melestarikan nilai-nila budaya tradisi, dengan tetap menjaga harmonisasi dengan fakta-fakta riil di dunia modern."Sanggar ini secara konsisten merangkul generasi muda, dan anak-anak dalam upaya pelestarian seni budaya tradisi jawa," ujar Arie di sela-sela jumpa pers pertunjukan Pujastungkara Agung di Jakarta, Sabtu malam (22/9/2012).Menurut dia, ada tiga pilar kegiatan utama dalam Pujastungkara Agung ini, yaitu Lomba Menulis 'Mengapa budaya tradisi harus lestari', untuk siswa SMA dan mahasiswa.Kedua, katanya, pesembahan Seni Tari Tradisi Keraton Ngajokjakarta Hadiningrat. "Keunikan dari tarian ini adalah selalu diiringi dengan penjelasan historis dan filosofis, dalam bentuk narasi oral maupun visual, yang memudahkan bagi mereka yang berasal dari latar belakang budaya lain atau warga asing," ungkapnya.Pementasan tersebut akan diadakan pada 27 Oktober 2012 di Balai Indah Theater Balai Kartini, Jakarta. "Acara ini akan menghadirkan GKR Pembayun dan GKR Candrakirana, putri dari Sri Sultan Hamengkubuwono X, yang juga penari kraton," ujar Arie.Sementara itu Estu Susanto, produser program kegiatan itu, menambahkan bahwa pementasan tersebut akan melibatkan puluhan pemain. "Kami menargetkan penontonnya sekitar 85% dari kapasitas 1.050 kursi di Balai Indah Theater," ujarnya.Program ketiga, kata Arie, adalah pembuatan film dokumenter Bedhaya, The Sacred Dance. Film ini dibuat dengan rancangan yang detail, dengan elaborasi sejarah dan filosofis tari Bedhaya.Film dokumentar ini rencananya ditayangkan di saluran TV internasional dan TV berbayar, serta di pusat-pusat kebudayaan dan sekolah."Diharapkan Pujastungkara Agung akan memiliki dampat jauh lebih kuat, daripada hanya sebuah pertunjukan semalam," ungkap Estu.Khusus untuk pementasan tari, ujar Estu, anak-anak dan tim lainnya mempersiapkan diri sejak 4 bulan lalu. Mereka berlatih bersama di sebuah rumah di Jalan Denpasar, Jakarta. (arh)