Show

PELOPOR MODE: Desainer Senior Peter Sie Dalam Kenangan

Jumat, 18 Januari 2013 - 14:30
Bagikan

JAKARTA: Desainer senior dan pelopor mode Indonesia, Peter Sie,  wafat 2 tahun lalu di kediamannya di Tebet pada usia 82 tahun. Sebagai bungsu dari tujuh bersaudara dan sudah menjadi yatim dari kecil.


Kesibukan ibunda Peter, Sie Tjeng Hay, berdagang makanan, tidak ada waktu lagi untuk menjahitkan baju bagi anak-anaknya. Ibu Peter lalu mendatangkan penjahit bernama Mak Wek ke rumah.

Peter cilik tertarik pada jahit-menjahit. Dari hanya sekadar mengamati gerakan menjahit Mak Wek, dia kemudian berhasil menguasai teknik dasar menjahit. Saat kelas lima di Sekolah Rakyat, Peter bahkan sudah bisa menjahit celana sendiri. Pada usia 15 tahun, Peter bertekad untuk menjadi penjahit. Tetapi karena dia kurang bisa membagi waktu, pendidikan formal Peter tertinggal.

Peter lalu mengikuti kakak iparnya, Kho Han Gao, ke Jakarta dimana dia belajar menjahit dan kursus bahasa Inggris. Pada usia 17 tahun, dia diajak ke Belanda. Peter pun kemudian bersekolah di Vakschool voor Kleermakers & Coupeurs, Den Haag. Di sekolah kejuruan ilmu tata busana ini, dia menunjukkan kemampuannya yang istimewa dan lulus dengan nilai terbaik.

Setelah 3 tahun magang di sebuah perusahaan Belanda yang khusus membuat pakaian para bangsawan, pada tahun 1954 Peter Sie kembali ke Indonesia dan memulai debutnya sebagai penjahit. Banyak pelanggan nyonya-nyonya keturunan Tionghoa di seputar rumahnya yang berlokasi di bilangan Mangga Besar.

Pada tahun 1959, dia menggelar Fashion Show untuk pertama kalinya di Hotel Des Indes, yang dikenal sebagai pertokoan Duta Merlin, Jakarta Barat. Disamping pagelaran busana, acara ini juga menggalang pengumpulan dana untuk korban kecelakaan kereta api di Trenggalek. Banyak tokoh-tokoh penting hadir pada  acara tersebut, salah satunya Ibu Negara, Fatmawati Soekarno.

Pada tahun 1974, setelah keluar dari krisis menurunnya pesanan, karyanya dihargai tinggi dan digemari para pelanggan. Posisinya sebagai pelopor perancang busana semakin mantap.

Dari segi rancangan yang berkiblat ke Paris, karya Peter memiliki ciri khas ketelitian dan kehalusan pengerjaan busana. Banyak kalangan atas hingga Presiden Soekarno, disebut-sebut menjadi pelangganan setia Peter Sie. Meskipun demikian, Peter Sie tetap hidup sederhana.

Menurut para pengamat fesyen, selain rapi, rancangan Peter juga mempunyai keunikan tersendiri dan tergolong neoklasik. Oleh karena itu, mode-mode yang trendi, gaya hippies, patchwork, atau gaya karung seperti yang pernah menggejala pada desainer Jepang, tidak pernah hinggap di kepalanya.

Nama Peter di dunia fashion sempat hilang sejak akhir tahun 1980-an. Pada tahun 2001, dia mengadakan pameran yang menampilkan sejumlah rancangan lama serta meluncurkan buku otobiografinya yang berjudul Mode Adalah Hidupku.

Peter mudah berbagi pengetahuan teknik membuat busana yang baik untuk para juniornya. Nama-nama besar dalam industri busana, seperti Musa Widyatmodjo dan Harry Darsono, pernah merasakan tangan dingin Peter Sie. Dia dikenal sebagai orang yang sangat tekun dan tak segan lembur ketika sudah berada di ruang kerja yang menyatu dengan rumahnya di kawasan Tebet.

Kontribusi besar Peter pada dunia mode mendapat banyak penghargaan, salah satunya adalah Fashion Icon Jakarta Fashion & Food Festival 2006. Saat itu Peter mendapat penghargaan bersama-sama dengan maestro batik Iwan Tirta dan model senior Okky Asokawati.

Selera artistik Peter Sie, tercermin dari koleksi barang-barang antik milik pribadi sebanyak 520 lot. Furnitur antik bergaya peranakan serta dari China dan Korea mengisi rumah Peter Sie.  Jelajah koleksi keramiknya berasal dari era dinasti Fong abad ke-12 hingga Dinasti Ming abad ke-18, dan ada juga beberapa dari abad ke-20.

Benda-benda ini adalah berupa perangkat makan, minum dan rumah tangga di rumah kediamannya di Tebet.  Semua benda tersusun dalam kelompok kategori dan warna yang menarik, juga terpelihara dalam kondisi yang baik.

Barang pecah belah keramik China, seperti guci, piring-piring dan mangkuk dikelompokan dalam ragam jenis: Sang De Beouf, Monochrome Blue Glaze, Qing Bai Glaze, Celadon Glaze, Batavian Café Au Lait, Blue and White Wares, Famille Rose Enamel Wares, Martavan, Japanese Blue and White, Kitchen Qing dan White Monochrome.

Di samping itu, Peter Sie juga memiliki koleksi perabotan Peranakan China, serta berbagai macam koleksi lain dari manca negara. Sejumlah lukisan karya pelukis terkemuka Indonesia juga dapat ditemukan dalam koleksinya, seperti Ernest Dezentje, Chris Suharso (Siauw Swie Tjing), Liem Tjoe Ing, I Fan Tje, Alimin Tamin, Djupriany. (bas)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis :
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro