Bisnis.com, JAKARTA--Puluhan bule tampak serius mengamati pertunjukan wayang golek di Monumen Nasional (Monas), Selasa (3/9/2013) malam. Mereka duduk paling depan di antara deretan kursi yang disediakan. Bule-bule lain mengamati dari berbagai sudut, kiri dan kanan panggung Wayang World Puppet Carnival (WWPC) 2013.
Sesekali para bule itu menjepret adegan tari wayang. Para penonton lain dengan wajah asli Indonesia terlihat menikmati pertunjukan. Kepulan asap rokok dan secangkir kopi di genggaman menjadi pemandangan tersendiri saat menyaksikan wayang.
Ki Apep Hudaya, dalang dari Bogor Jawa Barat, salah satu dari lima dalang perwakilan Indonesia tengah memainkan lakon Jaya Perbangsa. Kedua tangannya lincah menggerakkan wayang. Suara gamelan dan lengkingan beragam lagu yang ditembangkan para sinden menambah suasana pertunjukan wayang golek semakin akrab. Satu per satu, penonton berdatangan. Lainnya, menyaksikan melalui layar besar yang disediakan di pelataran Monas.
Lakon Jaya Perbangsa garapan dalang Ki Apep Hudaya merupakan pertunjukan penuh pesan bermakna. Gatot Kaca, tokoh utama dalam lakon ini rela mati dalam sebuah peperangan. Pertempuran antara Gatot Kaca dengan Karna disebabkan oleh perebutan kekuasan antara pihak Pandawa dan Kurawa memperebutkan negara Astina.
Dalam lakon Jaya Perbangsa, Ki Apep Hudaya ingin memberikan nilai kepahlawanan yang ada pada diri Gatot Kaca. Superhero yang diyakini memiliki kekuatan luar biasa itu mati secara terhormat. Gatot Kaca dikenal sebagai pahlawan tanpa embel-embel. Seluruh hidupnya dikerahkan untuk membela negara. Tetapi dalam lakon ini, akhirnya Gatot roboh. Tubuhnya, yang kuat diibaratkan robot itu tumbang oleh anak panah yang dilesatkan Karna, saudara yang menjadi musuh dalam lakon.
Gatot Kaca pun terbakar. Percikan-percikan api dari tubuhnya meluber ke seluruh jagat alam raya. Satu per per satu, sayap Gatot Kaca lepas dari punggungnya. Anak panah yang menancap dalam dadanya mengandung senjata ampuh yang racikan Karna.
Namun, Gatot tidak langsung mati. Rupanya racun dalam tubuhnya diracik untuk membunuh secara perlahan. Sang superhero tersiksa. Sehingga, Bimasena atau ayah Gatot Kaca sendiri yang melenyapkan nyawa anaknya tersebut.
“Hampura teuing Gatot, lain bapak tega. Tapi da kudu kumaha, kudu kieu carana. Anaking, deudeuh teuing sing sabar kasep [maaf anakku, bukannya ayah tega mencabut nyawamu. Tapi inilah salah satu jalan agar kau mati dengan tenang],” ujar Bima, setelah para sesepuh Pandawa berkumpul mengitari tubuh Gatot Kaca yang terluka.
Seketika, arwah Gatot Kaca terbang ke angkasa. Adegan dramatik yang dimainkan Ki Apep Hudaya ini mampu membius penonton. Tak jarang, Ki Apep diganjar tepuk tangan meriah dari ribuan penonton yang hadir.
Dalam lakon Jaya Perbangsa ini, Ki Apep Hudaya tampil ciamik. Sebelumnya, adegan-adegan santai dan humor yang ditampilkan Astrajingga alias Cepot mampu mengocok perut penonton. Cepot bermain kata-kata dan gerak yang mengundang tawa. Inilah salah satu sisipan para dalang agar penonton betah dan tetap menyaksikan pertunjukan.
Pagelaran wayang golek dari kelompok Sanggar Giri Komara, asuhan dalang Ki Apep Hudaya ini merupakan hari ketiga ajang WWPC 2013 yang digelar di Monas, Museum Nasional dan Teater Umar Ismail Jakarta pada 1-8 September 2013.
Sebanyak 64 kelompok wayang dari 46 negara mendapat kesempatan tampil di Indonesia. Beberapa negara yang menjadi peserta WWPC 2013 itu antara lain tuan rumah Indonesia, Australia, Argentina, Brazil, Jepang, Prancis, Jerman dan negara lainnya. Indonesia sendiri diwakili oleh 5 dalang antara lain Cahyo Kuntadi, Hadi Sutikno, Apep Hudaya, Sigid Ariyanto dan Ki Sihono.
Namun sayang, ketika kelompok wayang dari negara lain ditampilkan di teater dan stage, semua kelompok wayang dari Indonesia sendiri diberi jatah untuk tampil di outdoor stage.