Bisnis.com, JAKARTA - Keberadaan media sosial seperti Facebook dan Twitter dapat mengubah pola pikir seseorang. Kultur komunikasi dan interaksi masyarakat Indonesia pun mulai bergeser seakan tertutup. Media sosial (medsos) perlahan mengikis budaya silaturahmi atau tatap muka secara langsung, karena masyarakat dimanjakan dengan fasilitas yang ditawarkan.
Hal tersebut diungkapkan oleh pemikir sosial dan kebudayaan Yasraf Amir Piliang yang menilai medsos memiliki dampak positif dan negatif tersendiri. Kehadiran Facebook misalnya, bisa membuat rasa kangen seseorang terobati dengan hanya melihat foto-foto atau sekadar chatting. Di situlah efektifitas medsos bermanfaat bagi publik.
"Di Facebook atau medsos lainnya, kita berkomunikasi seolah tidak berjarak. Makanya perasaan malu, enggan atau sungkan kerap dibuang jauh-jauh, karena di situ komunikasi dua arah tidak tampak," katanya kepada Bisnis.
Seperti halnya Kharunnisa Mawar Biduri (24) yang memiliki pengalaman unik tentang kisah cinta akibat media sosial. Mawar, sapaan akrabnya kini tinggal di Surabaya, mengikuti jejak suami Tata Aderianto yang dinas di Ibu Kota Jawa Timur sebagai karyawan sebuah perusahaan swasta.
Mawar mengisahkan, pada 2011, seorang pria menambahkan pertemanan di Facebook. Dia merasa nama akun Tata Aderianto tidak asing di telinganya. Belakangan dia sadar bahwa Tata adalah teman sekolah SD di Cimahi, Jawa Barat dulu.
Mawar dan Tata saling bertukar nomor ponsel. Mereka berdua kopdar alias kopi darat di sebuah kafe. Di situlah kenangan lama kembali menyeruak, hingga sebuah pengakuan terbongkar bahwa Tata sudah lama memendam cintanya sejak SD. "Gak nyangka juga sih bisa ketemu via Facebook," paparnya mengenang.
Apa yang terjadi pada kasus Mawar dan Tata merupakan sebagian dari banyak pengalaman yang terjadi. Istilah cinta lama bersemi kembali (CLBK) menjadi sangat banyak ditemui akibat kehadiran medsos. Namun jangan salah, CLBK ini tentunya berpotensi menjadi malapetaka bagi sebuah hubungan rumah tangga.
Psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI) Mira D Amir mengatakan kasus semacam CLBK pernah ditangai olehnya dari beberapa klien. Namun dalam kasus CLBK ini, yang datang mengadu berasal dari kalangan yang sudah berkeluarga.
Gara-gara keseringan bermain Facebook, lanjutnya hubungan suami istri klien menjadi terganggu. Si klien mengadu jika gerak-gerik suami mencurigakan ketika bermain Facebook. Setelah ditelusuri, klien mendapati sebuah percakapan di inbox Facebook bahwa suaminya ada affair dengan mantan kekasihnya dulu.
Dia menuturkan bagi kalangan yang sudah berumah tangga, sebaiknya penggunaan medsos bisa dibatasi atau sewajarnya. "Bahkan kalau bisa gak usah punya sekalipun," ujarnya.
Mira menilai jika perkembangan medsos saat ini lebih banyak madarat dibandingkan manfaatnya. Berbagai status dan hal yang tidak penting banyak diumbar pengguna medsos. Hal tersebut berdampak terhadap perkembangan pribadi seseorang.
"Secara psikologis keberadaan medsos hanya tren-tren saja. Nanti juga ada titik jenuhnya. Yang paling penting jaga nilai-nilai privasi, jangan seenaknya memposting berbagai hal tidak berguna. Karena dampaknya bisa postingan kita dibaca dan dimanfaatkan oleh orang lain," ujarnya.
Dia memberikan tips bagaimana secara perlahan membatasi diri bagi siapa saja yang sudah kecanduan medsos. Pertama, jangan terlalu kelamaan dan keseringan menggunakan medsos kecuali untuk kepentingan urgent. Kedua, jauhi postingan yang menjurus kepada hal-hal pribadi dan ketiga, selektif menambahkan pertemanan.
Yasraf menambahkan, dirinya menyebut medsos sebagai dunia anonim yang terkadang si pemiliki akun bukan nama atau akun sebenarnya. Medsos juga, katanya saat ini sudah menjadi barang candu bagi masyarakat. "Dan setiap hal-hal yang mengandung unsur candu, harus kita jauhkan datau batasi sewajar mungkin,” ungkapnya.