Gunung Sinabung dilihat dari puncak Gunung Sibayak/JibiFoto-Sukirno
Travel

Mengintip Keindahan Gunung Sinabung dari Puncak Sibayak

Sukirno
Kamis, 21 November 2013 - 03:34
Bagikan

Bisnis.com, MEDAN - Setelah bangun dari tidur panjangnya selama ratusan tahun, Gunung Sinabung kembali memuntahkan awan panas hingga lava pijar sejak pertengahan September 2013.

Gunung Sinabung merupakan salah satu lokasi pendakian favorit para pencinta alam di Sumatra Utara. Namun, kini saat Gunung Sinabung yang terletak di Kabupaten Karo mulai batuk-batuk, para pendaki tak bisa lagi menikmati puncaknya yang eksotis.

Pendaki gunung hanya bisa menatap dari kejauhan keindahan puncak Gunung Sinabung dengan asap tebal yang tengah mengepul dari kawahnya. Salah satu sudut pandang yang menjadi favorit pendaki untuk menginti keindahan Sinabung adalah dari gunung yang bersebelahan, puncak Gunung Sibayak.

Bagi pendaki asal Sumut, nama Puncak Gunung Sibayak tak kalah populer dibanding kembarannya, Gunung Sinabung. Gunung Sibayak memiliki ketinggian sekitar 2.212 meter diatas permukaan laut (mdpl).

Gunung ini tidak hanya bisa dijadikan referensi bagi pendaki berpengalaman saja, ternyata pendakian Gunung Sibayak juga sangat cocok untuk para pendaki pemula. Beberapa tahun terakhir, telah dibangun jalur pendakian oleh pemerintah setempat dan dapat dilalui kendaraan.

Wisatawan yang hendak menaiki gunung ini tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra dan cucuran keringat berlebihan. Pasalnya, sekarang telah banyak jasa angkutan umum yang siap mengantarkan wisatawan hingga areal berkemah.

Bagi wisatawan yang berasal dari Medan dan sekitarnya, dapat menempuh jalur angkutan umum seperti Sinabung, Sutra, dan kendaraan lain menuju Berastagi.

Pendakian Gunung Sibayak terdapat beberapa rute yang di gambarkan dari peta tofografi. Ada rute yang tergolong masih cukup ekstrim, sedang, maupun rute wisatawan.

Rute pertama yang bisa dilalui dari kaki gunung Sibayak yakni di Desa Raja Berneh atau Berna yang dikenal oleh warga setempat dengan nama Desa Semangat Gunung. Desa ini berjarak sekitar 15 Km dari Berastagi. Jalur ini melewati pemandian air panas Lau Sidebuk-Debuk.

Kemudian jalur kedua dapat ditempuh dari kaki Gunung Sibayak di Desa Jaranguda. Desa ini berjarak sekitar 3 Km dari Berastagi. Sedangkan jalur terakhir yakni jalur 54 yang dapat ditempuh dari kawasan Penatapan yang terletak di jalan raya Medan – Berastagi.

Jalur ini dinamakan jalur 54 karena letaknya persis berada pada Km 54 dari Medan. Bagi pendaki pemula, disarankan tidak melalui jalur ini. Sebab, jalur ini dikenal cukup menguras tenaga dan harus mengajak seorang pemandu jalan.

Wisatawan biasanya memilih jalur kedua karena merupakan jalur dengan jarak tempuh yang paling cepat dan aman untuk dilalui oleh pemula yang belum pernah mendaki gunung.

Start dari Berastagi bisa menggunakan angkutan umum menuju Desa Jaragunda, yang letaknya tak jauh dari objek wisata Gundaling. Angkutan ini hanya mengantarkan wisatawan sampai depan pintu gerbang jalur pendakian saja.

Bisa juga menggunakan kendaraan pribadi hingga ke area perkemahan. Sepanjang jalan akan disuguhi pemandangan jalan yang menanjak terjal dengan hamparan pepohonan serta perkebunan hijau milik penduduk.

Tiba di area perkemahan, sepeda motor atau mobil bisa diparkir disini. Sebagian besar pendaki camping di lokasi ini. Namun, jika ingin camping disekitar kawah Gunung Sibayak juga bisa dilakukan dengan menempuh jalur pendakian sekitar 1 jam.

Jalur pendakian yang telah dibangun berupa tangga-tangga semen meskipun memang ada beberapa jalur yang telah rusak terkikis air gunung.

Saat tiba di lokasi yang terdengar bunyi berdesing, para pendaki biasa menyebutnya 'penggilingan padi', artinya telah sampai di area kawah Gunung Sibayak.

Suara desingan tersebut ternyata berasal dari asap belerang yang keluar dari sebuah lubang kecil dengan diameter sekitar 10 Cm. Tekanan asap belerang yang cukup tinggi dari dalam perut gunung menyebabkan suara desingan yang cukup keras.

Konon, Gunung Sibayak dijuluki sebagai ‘Gunung Raja’ yang artinya Sibayak adalah ‘Raja’ dalam bahasa Karo. Dahulu, Tanah Karo konon diperintah oleh 4 raja (Sibayak) yakni Sibayak Lingga, Sarinembah, Barusjahe, dan Kutabuluh.

Gunung ini tercatat terakhir meletus pada 1800-an. Hingga saat ini Gunung Sibayak masih tercatat sebagai gunung vulkanik yang masih aktif mengeluarkan asap dengan ketinggian sekitar 2 Km. Gumpalan asapnya berasal dari panas bumi dan berguna untuk sumber energi energi listrik.

Di area kawah yang tergenang air hangat cukup luas, para pendaki biasanya camping di sekitar kawah ini. Areal yang cukup datar dengan batu-batuan berwarna hitam dan putih akibat letusan gunung menjadi pemandangan yang eksotis.

Jika ingin melihat matahari terbit, wisatawan bisa mendaki ke puncak tapal kuda. Membutuhkan waktu sekitar 15-30 menit untuk mendaki hingga puncak.

Gunung ini setidaknya memiliki 3 puncak tertinggi dan ketiganya memungkinkan untuk didaki. Dengan karakteristik bebatuan vulkanik, puncak Gunung Sibayak sangat indah untuk dipandang dari kejauhan maupun jarak dekat.

Jika sudah berada di puncak, pandangan luas melihat desa di kaki gunung serta dapat melihat horizon langit yang mengundang decak kagum siapapun. Terlebih lagi, dari Puncak Sibayak dapat melihat Gunung Sinabung yang tengah erupsi.

Dari puncak Sibayak, tampak Gunung Sinabung berdiri kokoh dengan keindahannya. Gunung Sinabung masih tampak adem ayem meski terlihat sekali-kali asap mengepul dari puncaknya. Cantiknya Gunung Sinabung bila dilihat dari kejauhan tepatnya dari Puncak Gunung Sibayak.

Penulis : Sukirno
Editor : Sutarno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro