Bisnis.com, JAKARTA - Tayangan gambar itu membuat miris dan ngeri. Tubuh-tubuh manusia tak dikenal itu mengalami luka parah.
Di wajah, kaki, dan punggung mereka terlihat luka yang mengerikan. Dagingnya terkelupas dan muncul ke permukaan. “Ini contoh luka parah akibat tidak diobati dengan baik,” ungkap Priscilla di Jakarta belum lama ini.
Sekitar dua jam sebelum beduk dzuhur berkumandang, satu persatu para awak media memasuki RSU Bunda Jakarta. Mereka cukup penasaran dengan sebuah teknologi pengobatan luka terkini yang menjadi tema, Jumat siang itu.
Priscilla, spesialis ahli bedah plastik RSU Bunda Jakarta menjadi salah satu pembicara. Dia tampak semangat menjelaskan bahaya luka yang dibiarkan terlalu lama. Luka kronis, ungkap Priscilla, menjadi salah satu penyakit yang kerap dialami masyarakat Indonesia.
Dia berbicara lebih jauh. Kebanyakan luka yang mengendap dalam tubuh menjadi ganas dan mengerikan disebabkan para korban masih memilih mengobati dengan cara tradisional. Luka yang dialami masyarakat jarang diobati oleh dokter lantaran kadung dihantui dengan vonis amputasi.
Kultur masyarakat Indonesia yang masih percaya terhadap pengobatan tradisional terkadang hanya mendapatkan perawatan terus menerus. Sementara sang pasien hanya dijanjikan waktu sembuh yang tidak jelas. Para pasien tersebut masih percaya mistis tertentu pada saat pengobatan tradisional terhadap ‘orang pintar’.
“Padahal luka kronis menyebabkan terhadap buruknya beban fisik, psikologis hingga finansial seseorang. Kualitas hidupnya tidak terjamin,” paparnya.
Dia menguraikan jenis-jenis luka yang kerap dialami masyarakat. Tak jarang luka kecil menjadi besar akibat penanganan yang tidak memadai. Beberapa jenis luka tersebut antara lain luka akibat trauma, luka bakar, luka diabetes, luka terinfeksi dan lainnya.
Metode pengobatan wound care unit, atau penanganan luka dengan teknologi canggih diklaim akan mengobati luka kronis. Metode tersebut diaplikasikan dengan bahan perawatan luka sampai balutan luka melalui cara moderen yang lebih baik.
Dalam metode tersebut, pengobatan akan merangsang sel tubuh dalam setiap fase penyembuhan luka. Cara kerja metode itu lebih optimal lantaran dilakukan dalam suasana lembab sehingga proses penyembuhan luka menjadi lebih cepat.
Keunggulan penyembuhan tersebut, lanjut Priscilla, mampu menekan biaya dibandingkan pengobatan tradisional. Skema yang dilakukan antara lain, frekuensi penggantian luka, waktu penyembuhan luka, dan perawatan.
“Teknologi tentunya menjawab semua persoalan. Selain luka yang diobati cepat sembuh dan biaya lebih sedikit, kualitas hidup korban luka juga akan lebih baik,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, pelayanan yang dilakukan pun lebih unggul dibanding dengan pengobatan tradisional. Alur pelayanan yang dilakukan melalui proses konsultasi awal, penyusunan rencana perawatan luka, perawatan luka, evaluasi, penutupan luka definitif, fisioterapi hingga proses edukasi.
Vera Ikasari, spesialis ahli bedah plastik menambahkan penyembuhan luka juga dipengaruhi dari adanya penyakit lain seperti paru dan jantung yang dialami pasien. Apabila saat pengobatan kondisi oksigen tidak bagus kemudian masuk ke dalam luka, maka penyembuhan akan memakan waktu lama.
Menurutnya, karakteristik dari luka yang harus diketahui mulai dari ukuran luka, kedalaman luka sampai seberapa jauh jaringan luka tersebut. Luka yang dialami pasien harus diketahui apakah termasuk jaringan mati atau hidup?
Vera menuturkan masalah luka banyak disebabkan oleh infeksi bakteri, nekrotik atau sel yang mati sebelum waktunya, dan eksudat atau respon tubuh terhadap adanya gangguan sirkulasi. Masing-masing luka memiliki penanganan tersendiri. Dia memberi contoh, luka disebabkan infeksi bakteri bisa diminamilisir melalui penanganan antibiotik.
“Dan yang harus diperhatikan adalah kandungan gizi yang dimiliki pasien. Jika pasien kekurangan gizi, penangannya lebih lambat dibandingkan orang normal,” paparnya.