Bisnis.com, JAKARTA- Denny JA menuding pegiat sastra yang membuat petisi atas terbitnya buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh sebagai kaum pemalas.
Pernyataan tersebut disampaikan Denny dalam akun Twitternya @DennyJA_WORLD, Sabtu (18/1/2014). Berikut kicauan-kicauan penulis buku puisi esai berjudul Atas Nama Cinta yang menjadi polemik itu:
(1) Mengapa petisi "membredel" buku 33 sosok sastrawan layu sebelum berkembang? ini banyak ditanyakan pada saya. #petisi
(2) Yang hadir dalam demo ke PDS HB Jassin kemarin kok hanya 17 orang saja, bukan ratusan spt yg mereka rencanakan? #petisi
(3) Petisi "membredel" buku 33 sosok sastra itu ditinggalkan publik karena membawa gagasan yang berbahaya bagi kebebasan berkarya. #petisi
(4) Meminta pemerintah menghentikan peredaran buku 33 sosok sastra itu gagasan era "kuda gigit besi". Ini era kebebasan berkarya. #petisi
(5) Meminta pemerintah "membredel" buku 33 sosok sastra membuat mereka menjadi "kaum ekstrimis" dunia sastra. #petisi
(6) Yaitu kaum yang tak bisa menerima keberagaman pendapat dan opini yang disediakan oleh demokrasi dan budaya modern. #petisi
(7) Yaitu kaum yang tak hendak memelihara tradisi yang membiarkan "seribu bunga berkembang" di dunia opini sastra. #petisi
(8) Yaitu kaum pemalas, tak ingin membalas karya dengan karya, tapi meminjam kekuasaan pemerintah memberangus karya yg tak disukai. #petisi
(9) Demokrasi membolehkan warga atau sekelompok orang membuat opini rangking soal apapun. Lalu menerbitkannya. #petisi
(10) Demokrasi juga membebaskan warga misalnya membuat rangking 33 karya terburuk sepanjang masa. Lalu menerbitkannya. #petisi
(11) Yang fatal di dunia demokrasi adalah meminta pemerintah membredel karya yang tak kita sukai atau kita anggap buruk. #petisi
(12) Menjadi aneh jika pejuang yang meminta pemerintah "membredel" buku adalah mereka yang menikmati kebebasan berkarya. #petisi
(13) Kita sadar bahwa kaum ekstrimis tak hanya ada di dunia agama, tapi juga dunia sastra #petisi
(14) Kita sadar bahwa kaum fundamentalis yang anti keberagaman tak hanya ada di dunia agama tapi juga sastra. #petisi
(15) Kita sadar ternyata kaum facist yang anti kebebasan tak hanya ada di dunia politik tapi juga sastra. #petisi
(16) Padahal mudah saja mengalahkan buku 33 sosok sastra itu. Buatlah karya yang lebih baik. Tapi mereka malas melakukannya. #petisi
(17) Pendukung petisi "membredel" buku ini pada waktunya akan dikenang sejarah sebagai kaum ekstrimis dunia sastra. #petisi
(18) Itulah sebabnya mengapa petisi "membredel" buku 33 sosok sastra itu layu sebelum berkembang. #petisi
(19) Dunia sastra akan terus tumbuh di tangan mereka yang berkarya, bukan mereka yang meminta pemerintah "membredel" karya. #petisi
Untuk diketahui, PDS H.B Jassin bersama Tim 8 yang diketuai oleh Jamal D. Rahman telah menerbitkan buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh pada 3 Januari 2014.
Buku tersebut dikecam lantaran mencatumkan Denny JA menjadi salah satu tokoh sastra pilihan juri. Kalangan pegiat sastra membuat petisi penolakan buku dengan dugaan adanya kucuran uang dari Denny JA.
Pegiat sastra juga menilai metodologi yang dilakukan Tim 8 atas pemilihan para tokoh tidak bisa dipertanggungjawabkan dengan argumen yang lemah.