Tari Lariangi/Antara
Show

Warisan Budaya Tak Benda: Tari Lariangi Diusulkan Dapat Pengakuan Unesco

Rahmayulis Saleh
Jumat, 29 Agustus 2014 - 23:14
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA-- Indonesia memiliki keragaman kekayaan khasanah budaya yang luar biasa. Namun, baru 6 mata budaya Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang terdaftar di Unesco.

Keenam WBTB Indonesia yang sudah terdaftar di Unesco tersebut adalah keris, wayang, batik, angklung, tari saman, dan noken.

"Jika dibandingkan dengan jumlah kekayaan budaya Indonesia dan keragamannya, data mata budaya yang terdaftar tersebut tidak sebanding," kata Pudentia, Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), di Jakarta, Jumat (29/8/2014), pada Workshop Lariangi, Usulan Kekayaan Budaya Indonesia ke Unesco.

Workshop Lariangi tersebut merupakan hasil kerja sama Pemkab Wakatobi dan Asosiasi Tradisi Lisan, Direktorat Internalisasi dan Diplomasi Budaya.

Prudentia menuturkan negara lain yang tidak sekaya Indonesia, tapi berhasil mendaftarkan lebih banyak mata budaya yang dimilikinya ke Unesco.

Di antaranya, Korea ada 14 jenis, Jepang 21, India 8, dan China mencapai 31 jenis.

"Padahal Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau, 780 jenis bahasa, dan 550 suku bangsa. Tapi, hanya 6 mata budaya yang terdaftar di Unesco. Kenyataan ini sungguh memprihatinkan," ungkapnya.

Untuk itu lanjutnya, perlu sejumlah langkah konkret untuk segera meregistrasi mata budaya WBTB di berbagai wilayah Indonesia, dan diusulkan ke Unesco.

Misalnya Tari Lariangi, asal Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. "WBTB ini cukup menarik dan penting untuk segera diregistrasi, baik secara nasional maupun internasional ke tingkat Unesco," katanya.

Sementara itu Hugua, Bupati Wakatobi yang hadir dalam acara tersebut, menuturkan Tari Lariangi bermula sebagai tari persembahan, yang ditujukan kepada Raja pada masa Kesultanan Buton.

Tari ini dipersembahkan oleh 12 orang penari wanita dan seorang penari laki-laki, disertai 3 orang pemain musik. "Sambil menari, mereka juga menyanyi seperti koor," kata Hugua.

Menurut dia, keunikan Tari Lariangi ini, antara lain gerakan penarinya halus dan lemah gemulai.

Selain itu ada makna simbolik yang diperlihatkan dari gerakan para penari tersebut.

Riasan wajah dan rambut para penari itu, katanya, kesemuanya melambangkan gerak pertahanan, dan penyerangan dalam peperangan.

Hugua juga menjelaskan bahwa Tari Lariangi menyimpan cerita sejarah lokal, yang berperan dalam membentuk Indonesia masa kini.

Pada November 2013, tari Lariangi sudah diakui sebagai WBTB tingkat Nasional. Namun, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan tari tersebut.

"Kami sangat mendukung Tari Lariangi didaftarkan ke Unesco, agar dunia juga tahu tentang keberadaannya," ungkap Hugua yang memimpin Wakatobi dua periode ini.

Penulis : Rahmayulis Saleh
Editor : Saeno
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro