Bisnis.com, JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, pola makan berbasis tumbuhan atau plant-based diet semakin populer di kalangan masyarakat global.
Dilansir dari cleanchoiceenergy.com, pada Rabu (22/1/2035), perubahan gaya hidup ini tidak hanya terkait dengan upaya menjaga kesehatan, tetapi juga berperan penting dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Sejatinya, diet berbasis tumbuhan menawarkan berbagai manfaat, baik dari segi kesehatan manusia maupun keberlanjutan planet ini.
Manfaat Kesehatan dari Diet Berbasis Tumbuhan
Diet berbasis tumbuhan dikenal luas karena kemampuannya dalam meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Mengonsumsi lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan legum membantu memenuhi kebutuhan gizi tubuh tanpa menambah konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang biasanya ditemukan dalam produk hewani.
Dilansir dari sciencedirect.com, konsumsi diet berbasis tumbuhan terbukti dapat mengurangi risiko sejumlah penyakit serius, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, hipertensi, dan beberapa jenis kanker.
Pola makan ini juga membantu mengatur berat badan dan meningkatkan kesehatan pencernaan berkat kandungan seratnya yang tinggi.
Baca Juga : Tips Diet Bagi Penderita Kolestrol Tinggi |
---|
Selain itu, diet berbasis tumbuhan juga berpotensi untuk memperbaiki profil mikrobioma usus. Dengan memperkenalkan lebih banyak tanaman ke dalam tubuh, kita dapat mendukung pertumbuhan bakteri baik yang diperlukan untuk sistem pencernaan yang optimal.
Tak hanya memberikan manfaat bagi kesehatan manusia, pola makan berbasis tumbuhan juga memberikan kontribusi besar terhadap pelestarian lingkungan. Selain itu, mengurangi konsumsi produk hewani dapat secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi pada perubahan iklim.
Produksi hewan untuk konsumsi manusia memerlukan lahan, air, dan energi yang sangat besar, serta menghasilkan emisi metana yang berbahaya bagi atmosfer.
Dengan beralih ke makanan berbasis tumbuhan, masyarakat dapat mengurangi jejak karbon mereka secara signifikan. Penurunan permintaan akan produk hewani juga dapat mengurangi kerusakan pada ekosistem, seperti deforestasi untuk lahan peternakan dan degradasi tanah akibat penggunaan pestisida serta pupuk kimia.
Selanjutnya, diet berbasis tumbuhan dapat berperan dalam menjaga keberlanjutan sumber daya alam, seperti air. Produksi tanaman umumnya lebih efisien dalam penggunaan air dibandingkan dengan peternakan.
Sebagai contoh, untuk memproduksi satu kilogram daging sapi, dibutuhkan lebih dari 15.000 liter air, sedangkan untuk menghasilkan satu kilogram gandum hanya membutuhkan sekitar 1.600 liter air.
Peningkatan kesadaran akan manfaat kesehatan dan dampak lingkungan dari diet berbasis tumbuhan telah mendorong banyak orang untuk beralih ke pola makan ini. Dengan mengonsumsi lebih banyak makanan nabati, individu tidak hanya berinvestasi dalam kesehatannya sendiri, tetapi juga turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang.
Adopsi diet ini diharapkan dapat menjadi bagian dari solusi global untuk mengatasi tantangan kesehatan dan lingkungan yang semakin mendesak. (Mianda Florentina)