Bisnis.com, SURABAYA - Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur memprediksi jumlah restoran dari berbagai kelas bakal tumbuh 15% tahun depan seiring dengan percepatan pembangunan infrastruktur di Jawa Timur, terutama di Kota Surabaya.
Ketua Apkrindo Jatim Tjahjono Haryono mengatakan bisnis kuliner merupakan industri pendukung properti hotel, mal dan infrastruktur jalan. Setiap tahun rerata jumlah restoran, kafe, hingga depot di Jawa Timur ini tumbuh sekitar 10%.
"Justru tahun ini pertumbuhannya bisa mencapai 20% karena banyak tempat-tempat wisata baru yang mendukung seperti munculnya wahana permainan Surabaya Carnival, juga jalan baru Middle East Ring Road (MERR) yang memunculkan usaha-usaha kuliner baru," katanya kepada Bisnis, Minggu (14/9/2014).
Dia mengatakan percepatan infrastruktur di Surabaya yang tengah digalakan Pemerintah Kota Surabaya bakal menjadi potensi besar pengusaha kuliner, baik usaha baru maupun dari penambahan atau perluasan outlet-outlet kuliner sebelumnya.
Potensi pertumbuhan bisnis kuliner tersebut salah satunya dipacu oleh rencana pembangunan jembatan penghubung wisata Pantai Kenjeran lama dan Kenjeran baru, jalan luar lingkar timur yang menghubungkan Suramadu-Juanda, jalan luar lingkar barat serta Frontage Road Jl. A. Yani.
Selain Kota Surabaya, lanjut Tjahjono, kota lain yang menjadi titik pertumbuhan usaha kafe dan restoran baru yakni Malang dan Batu. Kota yang identik dengan kesejukan udaranya itu sangat pesat perkembangan wisatanya.
"Pengusaha restoran selalu melihat potensi pasar yang ada. Di mana ada tempat yang banyak dikunjungi orang, mereka akan buka usaha kuliner di sana," katanya.
Apkrindo mencatat saat ini di Surabaya terdapat sekitar 500-600 restoran kelas menengah ke atas. Sedangkan secara keseluruhan baik kafe, restoran, hingga depot di segmen menengah ke bawah tercatat ada 2.000 usaha kuliner di Surabaya.
Tjahjono menambahkan ke depan masuknya bisnis kuliner di Jawa Timur lebih banyak mengusung konsep makanan khas Indonesia, sedangkan jenis kuliner asing yang berkembang di dalam negeri tidak akan banyak.
"Pengusaha sekarang mengkonsep makanan dalam negeri untuk restoran kelas atas sekalipun. Sementara makanan asing terutama usaha franchise tidak segencar dulu," imbuhnya.
Pakuwon Jati Group, selaku pengembang mal Tunjungan Plaza (TP) Surabaya menyatakan bahwa perluasan mal TP yang sedang dalam proses konstruksi itu berpotensi menyerap 15% bisnis food and beverage (F and B) dari total luas bangunan TP 5 dan TP 6.
"Net leasing area (NLA) untuk TP 5 yang kami siapkan yakni 20.000 m2, sedangkan TP 6 30.000 m2," katanya.
Pembangunan mal yang berada di jantung kota Surabaya ini diperkirakan rampung pada 2016 mengingat sudah ada beberapa tenant asing dan lokal yang ingin segera masuk pasar Surabaya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan Pemkot Surabaya akhir tahun ini terus mengejar pembangunan infrastruktur, salah satunya untuk mendorong usaha-usaha baru bagi warga Surabaya.
"Saya ingin warga Surabaya tidak hanya jadi penonton [konsumtif], apalagi nanti Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) asing akan masuk. Itu makanya saya kejar, agar penyelesaian jalan luar lingkar barat dan timur harus diwujudkan akhir tahun ini," ujarnya.
Kuliner
Percepatan Infrastruktur Bakal Pacu Pertumbuhan 15%
Penulis : Peni Widarti
Editor : Martin Sihombing