Bisnis.com, JAKARTA - Adanya delapan orang perempuan yang mengisi posisi menteri dalam Kabinet Kerja Presiden Jokowi dianggap sebagai sinyalemen positif bagi perempuan Indonesia.
Jumlah perempuan yang semakin banyak mengisi posisi strategis memungkinkan perempuan untuk lebih banyak bicara dan memperjuangkan kepentingan kaumnya.
Hal itu disampaikan oleh pendiri Teater Koma Nano Riantiarno dalam konferensi pers Republik Cangik di Galeri Indonesia Kaya, Senin (03/11). Menurutnya, inilah salah satu gagasan yang ingin disampaikan olehnya melalui produksinya yang ke-136 ini.
“Sekarang perempuan mulai bicara. Perempuan harus banyak bicara,” ujar Nano kepada Bisnis.com.
Gagasan itu tercermin dalam karakter panakawan perempuan, Cangik dan Limbuk yang menjadi tokoh utama dalam pementasan ini. Jika pada pementasan bertema wayang sebelumnya seperti Republik Bagong, Republik Togog dan Republik Petruk., karakter Cangik dan Limbuk hanya mendapat porsi sedikit atau menjadi figuran, maka dalam pementasan ini mereka justru mendapatkan porsi bermain paling banyak.
Nano juga menjelaskan meskipun karakter panakawan perempuan kini menjadi tokoh sentral, namun perannya diakui tetap berada di bawah Maharaja yang adalah seorang laki-laki. Hal ini mirip dengan kondisi para perempuan yang meskipun semakin banyak mengisi posisi strategis di pemerintahan, namun dalam struktur hirarki mereka tetap di bawah kekuasaan laki-laki sebagai pemerintah utama.
“Selama ini orang lebih mengenal panakawan laki-laki, semar, petruk, tapi kurang mengenal panakawan perempuan, cangik dan limbuk,” tambah Pimpinan Produksi Teater Koma Ratna Riantiarno . Dengan ditampilkannya tokoh ini, dia pun berharap masyarakat makin mengenal karakter panakawan perempuan yang hanya terdapat dalam kisah pewayangan versi Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga memang telah dikenal sebagai tokoh yang berperan memasukkan nilai-nilai Islam ke dalam kisah pewayangan yang berasal dari India dan sarat dengan nilai-nilai Hindu.
Republik Cangik bercerita tentang Cangik, tokoh panakawan perempuan dari kerajaan Mandura yang bertugas memilih pemimpin Negeri Suranesia. Hal ini terjadi setelah Maharaja Surasena, pemimpin sebelumnya meninggal dunia. Cangik beralih fungsi menjadi juri yang memilih satu maharaja dari enam calon yang maju. Mereka adalah Santunu Garym Dundung Bikung, Graito Bakari, Burama-Rama, Binanti Yugama dan Jaka Wisesa
Pementasan ini akan digelar pada 13 sampai 22 November 2014 di Gedung Kesenian Jakarta setiap Selasa hingga Sabtu pada pukul 20.00 WIB dan Minggu pada pukul 14.00 WIB. Harga tiket berkisar mulai Rp100 ribu hingga Rp250 ribu pada hari kerja dan Rp125 ribu hingga Rp300 ribu pada akhir pekan. Anda bisa melakukan pembelian tiket online melalui www.gedungkesenianjakarta.co.id