Bisnis.com, JAKARTA - Sineas Riri Riza mengajak pelaku industri layar lebar di dalam negeri lebih sensitif terhadap konten dan nilai lokal baik secara politik, sosial, dan budaya.
Menurutnya, film Indonesia sudah semestinya memerankan fungsi sebagai aset diplomasi publik untuk menunjukkan Indonesia pada dunia.
Dia menyebutkan tradisi dan nilai budaya Indonesia, salah satunya tradisi seni wayang orang Jawa, dapat dinikmati melalui karyanya yang berjudul Drupadi.
“Drupadi merupakan karya hibrida yaitu kombinasi antara aspek sinematik dan seni pertunjukan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (26/11/2014).
Film berdurasi 45 menit ini, lanjutnya, dibuat berdasarkan ide dari penulis terkenal Leila S. Chudori dan proses pembuatannya bekerja sama dengan sanggar tari di Yogyakarta milik Bagong Kussudiardja.
Film ini mengadaptasi salah satu bagian dari epik terkenal Mahabarata di mana tokoh utamanya yaitu Drupadi, memperjuangkan kebebasannya setelah menjadi abdi Kurawa karena kekalahan Yudistira (Pandawa) dalam sebuah permainan dadu.
Drupadi merupakan sebuah simbol di mana seorang wanita memperjuangkan eksistensi dunia yang didukung keadilan dan persamaan hak di era modern seperti saat ini.
“Film-film seperti Drupadi ini sifatnya timeless dan memiliki peminat tersendiri di jaringan yang bukan komersial,” tutur pria bernama lengkap Mohammad Rivai Riza itu.
Kendati tak dipasarkan secara luas, Riri hingga kini masih menerima permintaan atas pemutaran Drupadi dari berbagai instansi dan festival film sejak kali pertama film ini dirilis perdana di Jakarta International Film Festival dan Hong Kong Film Festival pada 2009.
Dengan karakter timeless, film yang dibintangi aktor dan aktris ternama seperti Dian Sastro (Drupadi), Nicholas Saputra (Arjuna), Ario Bayu (Bima), dan Dwi Sasono (Yudistira) ini direkam dalam format seluloid agar bisa disimpan dalam jangka waktu puluhan hingga ratusan tahun. (Antara)