Bisnis.com, JAKARTA- Anak-anak usia sekolah dasar umumnya menggemari jajanan manis. Padahal, jika dikonsumsi secara berlebihan tanpa memperhatikan kebersihan dan kesehatan rongga mulut, sisa makanan manis bisa membusuk di dalam gigi sehingga membuatnya berlubang.
Hal inilah yang pernah menimpa Muhammad Fuad, siswa kelas 3 SDN 11 Kebon Jeruk Jakarta. Anak yang akrab disapa Fuad ini sering mengalami sakit gigi sehingga terpaksa absen dari pelajaran di sekolah. Akibatnya, dia harus belajar lebih giat untuk mengejar ketertinggalan.
“Kalau lagi sakit gigi, pas masuk sekolah malah tidur di kelas supaya tidak terasa sakitnya,” ujarnya.
Pengalaman Fuad juga biasa dialami oleh anak-anak lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan Pepsodent bersama Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UI mengungkapkan fakta bahwa siswa yang sering sakit gigi cenderung lebih banyak absen yang kemudian berpengaruh pada prestasi belajarnya.
Penelitian yang melibatkan 984 anak di tiga sekolah dasar Bekasi ini memperlihatkan fakta bahwa 94% anak usia enam hingga tujuh tahun mengalami sedikitnya satu gigi berlubang pada gigi susu mereka.
Sementara itu, 82% anak usia 10-11 tahun juga memiliki satu gigi berlubang pada gigi tetap mereka.
“Kebanyakan responden berasal dari keluarga yang telah memiliki kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari, tetapi ketika dicek secara klinis masih ada endapan plak pada giginya,” ujar Head of Professional Relationship Oral Care PT.Unilever Indonesia, Tbk. Ratu Mirah Afifah, belum lama ini.
Menurutnya, endapan plak bisa terjadi karena umumnya para orang tua membiasakan sikat gigi pada waktu mandi pagi dan sore. Padahal, para dokter gigi menganjurkan waktu terbaik untuk menyikat gigi adalah setiap sehabis sarapan dan sebelum tidur, guna mencegah timbunan plak pada gigi.
Plak merupakan penyebab masalah utama di gigi berlubang dan penyakit gusi, sehingga penurunan jumlah plak sangat penting guna mendapatkan kesehatan rongga mulut yang baik. Sikat gigi teratur dua kali sehari pada waktu yang dianjurkan terbukti mampu menurunkan jumlah plak dalam mulut hingga 54%.
Untuk memberikan pemahaman pentingnya menjaga kebersihan rongga mulut, program edukasi pada anak menjadi penting dilakukan. Edukasi tersebut bisa dilakukan baik dari lingkungan sekolah maupun keluarga.
Di lingkungan sekolah, para guru bisa membuat program sikat gigi bersama seperti yang dilakukan oleh SDN 11 Kebon Jeruk Jakarta. Melalui kegiatan tersebut, guru bisa memberi informasi mengenai cara sikat gigi yang baik dan benar kepada siswa, sekaligus menanamkan kebiasaan baik sikat gigi setiap setelah sarapan pagi.
Di rumah, orang tua memegang peranan penting dalam menanamkan kebiasaan yang baik. Membuat jurnal menyikat gigi harian bisa menjadi salah satu cara yang terbukti efektif untuk membiasakan anak menyikat gigi secara konsisten.
Selain itu, Ratu juga menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan rongga mulut pada anak. Pertama, gunakan pasta gigi yang mengandung flouride. Anak-anak idealnya membutuhkan pasta gigi yang mengandung 500 hingga 880ppm flouride, berbeda dengan orang dewasa yang membutuhkan kandungan flouride dalam pasta gigi hingga 1450 ppm.
Kendati demikian, menurut Ratna, anak di usia enam tahun sudah bisa menggunakan pasta gigi orang dewasa. Hanya saja, jumlah pasta giginya harus disesuaikan, yakni sebesar biji jagung yang diratakan di sepanjang permukaan sikat gigi.
Hal terakhir dan tak kalah pentingnya adalah memilih sikat gigi yang memiliki kepala sikat gigi yang lebih kecil dan bulu yang lembut. Kedua fungsi ini bertujuan untuk mencegah risiko iritasi yang bisa timbul ketika anak menyikat gigi. (Bisnis.com)