Bisnis.com, DENPASAR— Iring-iringan umat Hindu mengusung "Pratime" yakni benda sakral yang disucikan disertai alunan instrumen gong blaganjur mewarnai kegiatan ritual Melasti serangkaian Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1937 yang digelar mulai Rabu (18/3/2015) pagi.
Sebagian besar desa adat (pekraman) di Kota Denpasar dan sekitarnya melaksanakan kegiatan Melasti itu ke Pantai Padanggalak, Sanur maupun Pantai Kuta, Kabupaten Badung.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Prof esor I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan, dia ikut ambil bagian berbaur dengan ribuan umat melaksanakan melasti di Pantai Padangbalak Sanur.
Demikian pula ribuan warga Desa Adat Denpasar sekitar pukul 05.30 Wita sudah berangkat ke Pantai Kuta untuk melaksanakan kegiatan serupa.
Untuk wilayah Desa Adat Denpasar, puluhan Pratime dari tiga tempat suci yakni Pura Desa, Puseh dan Dalem Selasa (17/3/2015) malam telah dikumpulkan menjadi satu di Pura Pemecutan dan Rabu pagi bersama-sama disucikan ke Pantai Kuta.
Iring-iringan tersebut dengan menggunakan angkutan kendaraan, menyusul warga dengan menggunakan sepeda motor dan mobil. Sedangkan sebagian warga lainnya di Denpasar Timur yang melaksanakan melasti ke Pantai Padanggalak dengan berjalan kaki menempuh jarak sekitar sepuluh kilometer pergi -pulang (PP).
Benda Sakral
Benda yang disakralkan lewat ritual Melasti dibersihkan secara kasat mata. Kegiatan serupa juga dilaksanakan oleh 1.480 desa adat di Bali yang pelaksanaannya dapat dilakukan selama tiga hari antara Rabu (18/3/2015) hingga Jumat (20/3/2015) sesuai situasi, keadaan dan kondisi setempat (Desa, kala, patra).
Kegiatan ritual Melasti itu bermakna untuk membersihkan "Pratime" atau benda-benda yang disucikan di Pura Desa Bale Agung, Puseh dan Pura Dalem di masing-masing desa adat di Pulau Dewata.
Ngurah Sudiana menjelaskan, ritual melasti oleh masing-masing desa adat itu dapat dilakukan ke laut bagi masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai atau ke danau untuk masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan.
Sedangkan, masyarakat yang bermukim di tengah-tengah, jauh dari gunung maupun laut dapat melaksanakan ritual ke sumber mata air terdekat di wilayah lingkungan desa adat tersebut.