Bisnis.com, JAKARTA - Memasuki usia balita, anak-anak biasanya cenderung dan sangat mudah meniru tingkah laku orang-orang di sekitarnya. Ibu tidak perlu khawatir bila si kecil tiba-tiba mengacak-acak peralatan make up atau malah memakai kosmetik di meja rias.
Hal ini sangat wajar terjadi pada balita perempuan karena dia memang sedang berusaha meniru apa yang dilakukan ibunya.
Psikolog Efnie Indrianie mengatakan anak perempuan yang sudah mulai menirukan kegiatan berdandan perempuan dewasa adalah hal yang wajar. Pada usia tiga tahun ke atas, anak sudah mulai mencerna dengan baik kegiatan yang ada di sekelilingnya hingga sampai pada tahap mulai menirukan kebiasaan yang dilihatnya.
“Bagi anak perempuan, secara gender anak pasti akan menyadari dirinya perempuan dan harus bertingkah laku layaknya perempuan. Perilaku perempuan yang paling mudah dia tirukan adalah perilaku sang ibu,” katanya.
Namun, terkadang perilaku yang banyak dilakukan di masyarakat Indonesia sekarang ini malah menjadikan anak sebagai obyek yang bisa dibentuk dan diberikan segala yang tidak didapatkan sang ibu di masa kecilnya.
Di sini yang salah, saat anak mulai mengerti akan kebutuhan dasarnya, tugas sang ibu bukanlah membentuk kepribadiannya tetapi cukup dengan mengarahkan dan membantu kesulitan sang anak.
Mulailah dengan memberikan baju dan aksesoris yang sesuai dengan usia anak. Kemudian ajarkan juga pada anak untuk selalu bertingkah laku baik dan berpenampilan sopan. Ibu juga harus mengajarkan bahwa kecantikan bukanlah hal patut dibanggakan melainkan disyukuri.
Selanjutnya, masuk pada rumus kecantikan mind, body, dan soul. Setelah anak menyadari bahwa kecantikan hanya untuk disyukuri bantulah anak untuk menggali talenta dan potensi dirinya yang bisa dikembangkan dengan baik serta bermanfaat bagi lingkungannya.
Dengan ini, cantik yang dimiliki tidak hanya berguna bagi dirinya tetapi juga untuk lingkungan sekitarnya. Biasanya, jika anak mulai diberikan pondasi dasar yang kuat dalam berpenampilan dan berperilaku akan menjadikannya seseorang yang lebih berkarakter.
Menginjak pada usia remaja dan dewasa, tentunya anak tidak akan menginginkan sesuatu yang berlebihan dari dirinya. Bagai manapun bentuk tubuh dan warna kulitnya, akan dikelola sebaik mungkin, sehingga tidak menjadi kecen derungan masalah utama yang akan meng alihkan perhatian dirinya dalam mengolah potensi diri.
“Jadi biarkanlah anak kita menjadi cantik. Cantik untuk membentuk inner motivasion dan inner power, dengan cantik berarti cukup. Cantik dari hati tapi bukan dari standar model atau selebritis,” kata Efnie.
Berikut hal penting yang wajib ibu lakukan menghadapi sikap anak yang doyan berdandan:
Pertama, tetap awasi si kecil saat menggunakan perlengkapan make up ibu, terutama yang berpotensi membahayakan keselamatannya. Jangan sampai anak terluka atau tersengat listrik karena menggunakan peralatan tersebut. Berikan juga penjelasan kepada anak tentang tujuan berdandan.
Kedua, pilihlah peralatan kosmetik yang aman bagi si kecil, misalnya untuk bedak, lotion, atau minyak wangi. Apalagi, kulit balita dan anak-anak, tentunya tidak sama dengan orang dewasa.
Ketiga, berikan penjelasan dan pemahaman kepada si kecil, tentang penggunaannya dan peralatan mana yang boleh dipakai dan tidak. Jangan sampai si kecil memasukkan lipstik atau bedak ke dalam mulutnya.
Keempat, berikan juga pemahaman kepada anak, tentang kapan waktunya boleh berdandan. Kalau untuk ke sekolah atau sekadar bermain bersama teman-temannya, cukup berikan bedak dan lotion khusus anak. Beda halnya kalau ingin menghadiri pesta ulang tahun temannya.
Kelima, berikan arahan kepada anak tentang dandanan yang pantas dan tidak untuk anak seusia dia. Dengan begitu, anak tidak lagi meniru dandanan seperti orang dewasa.