Bisnis.com, JAKARTA - Galeri Indonesia Kaya menghadirkan pertunjukan panggung bernuansa budaya daerah, bertajuk Tujuh Anak Miskin dan Raksasa, sebuah adaptasi dari cerita rakyat Minangkabau.
Pertunjukan yang dibawakan oleh Peqho Kids ini mengangkat seni randai, warisan kesenian khas Minangkabau yang menggabungkan berbagai jenis seni termasuk drama, tari, musik, dan seni suara.
“Sebagai ruang publik budaya, Galeri Indonesia Kaya berupaya untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kekayaan seni dan budaya Indonesia, terutama yang belum banyak dikenal masyarakat luas. Pementasan Tujuh Anak Miskin dan Raksasa oleh Peqho Kids ini adalah kesempatan berharga untuk mengangkat seni randai dan cerita rakyat Minangkabau, sekaligus menumbuhkan kecintaan pada budaya sejak usia dini. Kami percaya, pertunjukan semacam ini sangat vital dalam proses edukasi dan pelestarian budaya, dan kami akan terus mendukung inisiatif kreatif yang menjaga agar warisan seni tetap hidup dan relevan,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya.
Selama kurang lebih 60 menit, penonton diajak menyelami kisah penuh aksi dan pesan moral yang diperankan oleh talenta-talenta muda usia 5 hingga 15 tahun. Dilatih langsung oleh koreografer dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang dan diiringi langsung oleh musisi asli Minang, pertunjukan ini menghadirkan nuansa tradisi yang dikemas secara segar melalui pendekatan dance theater, memadukan gaya kontemporer dengan warisan tradisi. Adegan-adegan seru, tegang, dan lucu ditampilkan dalam satu panggung yang penuh energi.
Sebagai bentuk seni pertunjukan khas Minangkabau, randai dikenal kaya akan filosofi dan nilai-nilai kebersamaan. Membawakan seni ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pemain cilik, terlebih karena sebagian besar dari mereka tidak berasal dari latar budaya Minang.
Namun, berkat latihan intensif dan semangat berkesenian, anak-anak Peqho Kids membuktikan bahwa seni tradisi bisa tetap hidup melalui dukungan positif dari individu ataupun kelompok yang percaya akan pentingnya pelestarian budaya sejak usia dini.
“Di Peqho Kids, kami percaya bahwa seni pertunjukan bukan hanya tentang hiburan, tetapi juga tentang warisan. Kami ingin anak-anak tidak hanya belajar tampil, tetapi juga mengenal dan mencintai kekayaan budaya bangsanya. Pertunjukan ini adalah salah satu upaya kami untuk memperkenalkan dan mewariskan seni tradisi yang mulai jarang terdengar, seperti randai dari Minangkabau, agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi masa kini,” ujar Mima Yusuf, Pimpinan Produksi Peqho Kids.
Peqho Kids merupakan kelas pengembangan diri anak berbasis seni pertunjukan yang didirikan oleh Peqho Teater sejak tahun 2016 yang memberikan pelatihan akting, vokal, dan tari, dengan tujuan membentuk karakter anak secara holistik. Melalui seni teater, anak-anak diasah untuk memiliki kepercayaan diri, empati, imajinasi, kerja sama, kreativitas, hingga kepemimpinan—berbagai soft skill penting yang kerap tidak didapatkan di pendidikan formal. Sejak 2017, Peqho Kids telah menghadirkan berbagai pertunjukan, termasuk diantaranya perayaan Hari Anak Nasional di Kidzania (2017), Drama Musikal Ibu Pertiwi di Plaza Indonesia (2023), serta pertunjukan sebelumnya di Galeri Indonesia Kaya pada 2024.