Bisnis.com, JAKARTA - Bagi Artemis Danza, pementasan Traviata di pusat kebudayaan Ciputra Artpreneur Teater bukan sekadar menampilkan perpaduan gerakan indah balet dalam opera. Namun, bagi grup balet asal Italia ini pementasan Traviata adalah mengekspresikan emosi lewat gerakan.
Pendiri Artemis Danza Monica Casadei menuturkan awalnya dia bekerja dengan penari balet profesional yang hanya berpikir secara teknis pada gerakannya. Namun, justru dari sinilah muncul masalah. Hasil pertunjukan tetap bagus, namun emosi dari cerita tersebut tidak tersampaikan. "Di sini tugas saya memberikan input agar bisa mengekspresikan emosi mereka," tuturnya.
Monica menuturkan menjadi tugas para penari Artemis Danza menunjukkan pada publik melalui gerakan dan menyampaikan pesan dari cerita Traviata tersebut. Monica juga melatih 18 penari profesional Indonesia selama satu jam untuk tampil dalam akhir pementasan Traviata.
Salah satu penari Maura Munaf merasakan pengalaman luar biasa bergabung dengan maestro tari Artemiz Danza dalam Master Class yang diselenggarakan sebagai rangkaian kegiatan perayaan 65 tahun hubungan bilateral antara Italia dan Indonesia. Selama satu jam, adik penyanyi Sherina Munaf ini dan belasan penari lokal mendapat teknik tarian balet klasik Italia dari Artemiz Danza.
Satu pelajaran yang tidak dilupakan Maura, bahwa menari bukan sekedar gerak tubuh. Artemiz Danza mengajarkannya bahwa menari merupakan sarana mengekspresikan emosi. Selama ini yang banyak dilakukan penari hanya menonjolkan teknik menari saja. "Menari bukan sarana untuk menonjokan teknik, tapi untuk mengeskpresikan emosi. Menari tidak hanya soal teknik, tapi juga merasa," ceritanya usai pementasan.