Bendera Merah Putih/
Health

Ini Tips Rayakan Agustusan Bersama Keluarga

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 15 Agustus 2015 - 09:23
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--Sebelum dekade 2000-an, momentum 17 Agustus selalu menjadi saat-saat yang dinantikan banyak keluarga. Sebab, berbagai aktivitas seru yang melibatkan kebersamaan di lingkungan kerja, RT/RW, maupun sekolah pasti banyak dihelat.

Dewasa ini masyarakat mulai berpendapat semarak Agustusan tidak lagi seheboh dulu. Ada yang bilang hal itu disebabkan karena beberapa tahun terakhir momentum perayaan HUT RI berdekatan dengan periode Ramadan.

Namun, tak sedikit yang beropini masyarakat saat ini sudah semakin larut dengan kesibukannya sendiri. Akibatnya, greget perayaan hari jadi Indonesia pun semakin memudar. Suasana Agustusan yang dulu teramat semarak semakin terasa biasa saja.

“Orang tua karier khususnya di kota-kota besar semakin jarang mendidik anaknya bersosialisasi dengan tetangga. Sehingga, momen Agustusan yang dulu jadi ajang pemersatu semakin memudar,” terang Tenaga Konseling Anak dari PPPK Petra Silverius Yudo Adrianto

Di berbagai sekolah pun, penanaman semangat nasionalisme melalui berbagai kegiatan juga sudah mulai jarang. “Paling-paling hanya menyanyikan lagu Indonesia Raya saat upacara. Namun, banyak [sekolah] yang sudah tidak lagi mengadakan perlombaan saat Agustusan.”

Lebih lanjut, dia berpendapat keluarga seharusnya berada pada barisan terdepan dalam pendidikan nasionalisme anak-anak. Ada banyak hal kecil yang dapat dilakukan bersama anak untuk menumbuhkan rasa memiliki bangsa dan Tanah Air.

Misalnya saja melibatkan anak dalam kegiatan kerja bakti saat Agustusan, mengajari lagu-lagu nasional, menceritakan kisah-kisah kepahlawanan, maupun mendekorasi rumah dengan ornamen khas merah putih.

Nah, bertepatan dengan momentum Agustusan, mengapa tidak mencoba memaknai kembali hari jadi republik ini bersama keluarga? Ada banyak kegiatan bernuansa ‘Merah-Putih’ yang dapat dijadikan ajang penanaman nasionalisme bagi anak sejak dini.

Psikolog Anak dari RS Asri Jakarta Azalena Masykouri menjelaskan di mata anak-anak, kegiatan akan menjadi bermakna dan melekat pada benak mereka apabila dilakukan berulang kali, menyenangkan, dan dapat dipahami maksud atau maknanya.

“Mungkin anak zaman sekarang kurang paparan informasi mengenai apa artinya kemerdekaan. Dan, mungkin yang terbayang di benak mereka adalah tujuh belasan berarti upacara dan lomba,” tuturnya.

Untuk itu, penanaman nilai-nilai kebangsaan pada anak seharusnya dilakukan sejak usia dini dengan memperkenalkan hal-hal sederhana, seperti nama negara, lagu nasional, lagu wajib, bendera nasional, dan budaya bangsa.

Anak-anak sebaiknya dikenalkan melalui kegiatan yang menarik bagi mereka, seperti melalui cerita rakyat atau dongeng, tarian, nyanyian, makanan, dan banyak lagi kegiatan menarik lainnya.

“Karena cara belajar anak yang masih bersifat kongkrit, anak juga harus mendapatkan pengalaman nyata dengan mengenal wilayah Indonesia melalui peta dan ‘jalan-jalan’ lewat film, misalnya,” jelas owner sekolah Bestariku Bintaro itu.

Cara lainnya, lanjut Alzena,  orang tua juga dapat mengenalkan suku dan budaya yang dimiliki oleh keluarga. Sementara itu, di sekolah, kegiatan upacara dan aktivitas belajar juga dapat menjadi sarana penanaman nilai kebangsaan sesuai dengan usia anak.

Saat ini, kendala utama orang tua dalam memberikan pendidikan nasionalisme pada anaknya adalah keterbatasan waktu untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan.

Dia mencontohkan hal yang paling sederhana, yaitu penggunaan bahasa. Saat ini banyak sekali dijumpai anak yang berkomunikasi dengan bahasa Inggris, padahal kemampuan orang tuanya terbatas dalam berkomunikasi dengan bahasa asing.

“Akibatnya, banyak materi yang tidak tersampaikan dengan baik dan utuh pada anak. Tentu saja hal itu adalah sebagian kecil dari makna nasionalisme.”

Menurutnya, kecintaan anak-anak terhadap negara dan bangsanya justru akan memberikan hasil signifikan apabila mereka memiliki kesempatan untuk berinteraksi dan memahami negara dan bangsanya, mulai dari budaya, kekayaan alam, dan banyak aspek kehidupan lain.

“Sehingga, apabila anak-anak mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi negara atau menikmati budaya lain, jangan sampai orang tua justru menjelek-jelekkan bangsanya sendiri,” tegas Alzena.

Pada momentum Agustusan tahun ini, dia menyarankan orang tua menjadikannya sebagai momentum tepat untuk menumbuhkan rasa memiliki bangsa ini pada anak melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan.

“Bisa bersenang-senang dengan menyanyikan lagi daerah, mengenal budaya daerah mulai dari daerah asal orang tua atau kakek nenek, ikut membersihkan daerah tempat tinggal menyambut Agustusan, mendengarkan cerita mengenai perjuangan dan aksi heroik para pejuang, ikut upacara bendera, dan tentunya ikut lomba tujuh belasan yang seru.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro