Bisnis.com, JAKARTA - Pneumonia adalah peradangan yang terjadi pada jaringan paru-paru dan sering sekali dialami jemaah haji dari Indonesia saat ke Makkah dan Madinah.
Pneumonia disebut juga paru-paru basah yang mengakibatkan alveolus terisi cairan, sehingga fungsi dari paru-paru tidak mampu berjalan secara optimal. Jika tidak cepat ditangani, kondisi ini menyebabkan risiko kegagalan fungsi organ tubuh yang dicirikan dengan abses paru hingga terdapat nanah.
Dilansir dari Sehat Negeriku Kemenkes, sejak tanggal 23-30 Juni 2025, Tim Klinik Kesehatan Haji Indonesia Daerah Kerja (KKHI Daker) telah mengevakuasi 69 jemaah menggunakan ambulans dari Makkah ke Madinah.
Jemaah tersebut merupakan peserta dari gelombang kedua yang tiba di Makkah sejak minggu ketiga di bulan Mei. Sebanyak 69 jamaah yang dievakuasi membutuhkan penanganan medis lanjutan selama menunggu proses pemulangan ke Indonesia.
Agus Alim, selaku Penanggung Jawab Evakuasi dan Tanazul KKHI Makkah mengatakan sebagian besar jemaah yang dievakuasi dalam kondisi duduk disertai pendamping keluarga/petugas haji maupun petugas kesehatan untuk memantau kesehatannya. Adapun 25 orang jemaah dievakuasi dalam posisi berbaring untuk dipindahkan dari Makkah ke Madinah. Penyakit yang diderita pasien evakuasi didominasi oleh penyakit paru-paru/pneumonia/PPOK.
Jemaah haji asal Indonesia didominasi lebih dari 80% merupakan jemaah berisiko tinggi dan 30% jemaah Lansia, yang otomatis mudah terkena pneumonia. Melansir dari Cleveland Clinic, penyakit ini banyak terjadi pada usia 65 tahun atau usia 2 tahun ke bawah.
Selain itu, penyakit ini dapat berkembang apabila seseorang memiliki riwayat penyakit kronis jantung dan paru, yang berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh. Cuaca panas yang ada di Makkah, membuat suhu tubuh meningkat dan membuat tubuh merasa lemas. Kondisi ini yang membuat para jemaah membutuhkan penanganan cepat dan dievakuasi oleh tim kesehatan.
Kepala Seksi Kesehatan PPIH Arab Saudi yang juga menjabat sebagai Kepala KKHI Makkah, Edi Supriyatna mengatakan “Keselamatan dan kesehatan jemaah adalah prioritas utama kami”.
Pernyataan tersebut mempertegas bahwa tim kesehatan yang bertugas, siap siaga untuk menjaga dan melayani para jemaah yang melaksanakan ibadah haji. Upaya ini dilakukan untuk memastikan seluruh jemaah dalam kondisi yang sehat dan stabil.
Setibanya di Indonesia, para jemaah akan dipantau dan dipastikan kondisinya dalam keadaan yang baik ataupun harus membutuhkan penanganan medis. Selain itu, dr. Muhammad Nasir Ruki menganjurkan para jemaah untuk menerapkan pola makan sehat berdasarkan pedoman American Heart Association, yaitu:
1. Asupan protein disesuaikan sebagai sisa dari kebutuhan energi harian
2. Asupan sodium (garam) dibatasi kurang dari 3 gram per hari
3. Tidak dianjurkan mengonsumsi alkohol dan minuman berkarbonasi
4. Menjaga asupan karbohidrat sebesar 50%, dengan porsi lebih banyak pada karbohidrat kompleks (seperti biji-bijian dan kacang-kacangan).
Tak hanya menjaga pola makan, para jemaah juga disarankan untuk mengonsumsi air putih secara cukup sebanyak 200-300 ml setiap jam. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah dehidrasi dan membantu metabolisme makanan dalam mengoptimalkan pembentukan energi. (Maharani Dwi Puspita Sari)