Bisnis.com, MANADO--Meski sektor pertanian, pertanian, perdagangan masih berkontribusi dominan dalam pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara, sumbangsih sektor pariwisata tampaknya tidak bisa disepelekan.
Ibu kota Sulut-Manado- bahkan dikarunia dengan paket lengkap pariwisata mulai dari pantai nan rupawan hingga pegunungan. Bahkan, destinasi wisata tersebut semakin lengkap dengan adanya beragam kuliner khas Manado dan pusat keagamaan Kristen.
Beberapa destinasi wisata, misalnya Taman Laut Bunaken sudah terkenal menjadi ‘jujugan’ turis asing untuk menikmati terumbu karang dan olahraga menyelam. Jika bosan menikmati suasana pantai, turis asing bisa beralih ke Tomohon dengan hawa sejuk pegunungannya.
“Sulut ini lengkap, karena destinasi bawah laut sampai pegunungan semuanya ada. Yang menjadi pekerjaan rumah adalah bagaimana mempromosikan pariwisata ini dengan massif,” kata Robert D. Waloni, Marketing and Business Development PT Angkasa Pura I, baru-baru ini.
Tak tanggung-tanggung, PT Angkasa Pura I berani menargetkan kunjungan wisatawan asing (wisman) hingga 1 juta orang pada 2025. Padahal, jika ditilik dari data Badan Pusat Statistik (BPS) per Juni 2015, jumlah wisman yang datang ke Sulut melalui pintu masuk Bandara Sam Ratulangi mencapai 1.007 orang.
Sebaliknya, data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulut menunjukkan jumlah kunjungan wisman ke Sulut sepanjang Januari-Mei 2015 sebanyak 22.009 turis atau naik naik 64,7% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 13.356 kunjungan.
Kedua data tersebut memang terlihat cukup kontras karena sumber yang didapatpun berbeda. Pasalnya, data BPS hanya mencatat wisman yang masuk Sulut melalui Bandara Sam Ratulangi, sedangkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan lebih menyorot kunjungan wisman via imigrasi.
Guna mencapai target tersebut, Robert menyebutkan Sulut membutuhkan setidaknya Bandara Sam Ratulangi harus memiliki 14 penerbangan internasional harian, penambahan kapasitas bandara menjadi 5 mppa, dan 10.000 kamar hotel.
Menurutnya, komiten tersebut bisa terwujud dengan kerja sama antara AP I, pemerintah terkait, pelaku usaha pariwisata, dan masyarakat sekitar. Target tersebut bahkan, ucapnya, dapat mendatangkan setidaknya 100.000 pekerjaan dengan pendapatan pariwisata untuk Provinsi Sulut hingga Rp13 triliun.
“Secara matematika memang seperti itu. Sektor pariwisata memberikan multiplier effect bagi kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Mengutip data Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), jumlah hotel berbintang yang tersebar di seluruh Sulut berjumlah 30 unit, sedangkan jumlah hotel melati mencapai 269 unit. Adapun, 30 hotel berbintang tersebut memiliki 2.395 kamar, dan 269 hotel melati memiliki 3.741 kamar.
BERKEBALIKAN
Namun, sejumlah pihak masih meragukan ketercapaian target tersebut karena upaya untuk menggejot 1 juta wisman bukanlah perkara mudah. Barens Joubert Maramis, pengamat ekonomi Universitas Sam Ratulangi misalnya, menilai target itu terlalu ambisius.
“Kalau dilihat tren yang ada, rata-rata kunjungan wisman hanya mencapai 1.500 orang setiap bulan sehingga satu tahun wisman kira-kira bertambah menjadi 18.000 orang. Saya ragu jika dalam jangka 10 tahun bisa tergenjot hingga 1 juta,” ucapnya.
Tidak hanya itu, dirinya menjelaskan kawasan pariwisata di Sulut belum dikelola secara profesional dan berlevel internasional. Hal itu ditunjukkan dengan tidak adanya master plan kawasan pariwisata seperti Nusa Dua di Bali.
Menurutnya, pemerintah setempat seharusnya tidak terburu-buru dalam menetapkan target, tetapi lebih dulu menata kesiapan Sulut untuk menjadi kawasan pariwisata berlevel internasional
Persoalan mulai dari mentalitas masyarakat yang pro turis asing, kebersihan, dipandang menjadi suatu kebutuhan untuk menciptakan kawasan pariwisata.