Bisnis.com, JAKARTA - Perupa Afriani kembali menggelar pameran tunggal berjudul Be The Winner di Galeri 678 Jakarta, belum lama ini. Ini merupakan pameran ketiga dalam lima tahun terakhir, setelah Vox Populi(2010) dan Prahara Sunyi (2013).
Perupa Afriani menuturkan karya ini menyajikan pada khalayak bahwa setiap fase adalah pertarungan, bahkan dimulai dari sperma dan sel telur untuk menjadi janin. Sesuai dengan tema Be The Winner, pada dasarnya setiap manusia memiliki jiwa pemenang yang diperoleh dari pertarungan.
Setiap diri dilahirkan sebagai pemenang. Tapi ketika jiwa pemenang itu hilang, maka lahirlah koruptor. Tidak ada yang ingin dilahirkan sebagai koruptor, tapi jiwa mereka kalah, tuturnya.
Pertarungan tidak akan pernah berhenti dalam setiap fase hidup, kecuali waktu yang telah menghentikannya. Bahkan, seorang narapidana pun tidak terlepas dari balik jeruji besinya. Afriani menyajikannya dalam lukisan Kepompong Besi (cat minyak di atas kanvas, 200x150 cm, 2015).
Dia ingin menyampaikan bahkan seorang narapidana masih memiliki harapan untuk menjadi lebih baik melalui simbol tasbih yang menggantung diantara jeruji besi, atau justru jatuh dalam godaan. Ketika berusaha menjadi bangkit adalah kemenangan untuk mereka, katanya.
Kuss melihat Afriani begitu terkonsep dalam menyampaikan pesan pada khalayak bahwa setiap fase adalah pertarungan. Ini tersaji melalui lukisan Petarung Sejati (cat minyak di atas kanvas, 200x150 cm, 2015), Siapapun Berhak Jadi Pemenang (cat minyak di atas kanvas, 200x150 cm, 2015), Siap Bertarung (cat minyak di atas kanvas. 150x150 cm, 2015), Metamorfosa (cat minyak di atas kanvas, 190x150 cm, 2015), Padamu Aku Berjanji (cat minyak di atas kanvas, 150x200 cm, 2015), hingga Indah Pada Saatnya(cat minyak di atas canvas, 150x150 cm, 2015).
Dari sejumlah lukisan, dua lukisan diantaranya menarik perhatian Kuss Indarto. Yakni Introspeksi (cat minyak di atas kanvas, 200x150 cm, 2015) dan Matematis (cat minyak di atas kanvas, 200x150 cm, 2015). Pada lukisan Introspeksi, dia melihat upaya Afriani untuk melakukan lompatan melampaui dari lingkungan sekelilingnya.
Introspeksi menjadi salah satu cara untuk bertarung lagi dengan melihat diri sendiri setelah proses berkreasi bertahun-tahun. Sementara pada lukisan Matematis, Afriani ingin bercerita bahwa waktu yang akan berbicara pada setiap fase pertarungan untuk menjadi pemenang.
Setelah bertahun-tahun berkreasi, terlihat upaya Afriani untuk introspeksi dengan bercermin pada diri sendiri. Karena benar musuh yang paling dekat adalah diri sendiri, terangnya.