Bisnis.com, JAKARTA— Untuk menekan emisi karbon dioksida (CO2) di era 1990-an, Uni Eropa mendukung peralihan dari mobil berbahan bakar bensin ke solar.
Namun, kini hasilnya justru mengakibatkan kenaikan level polusi udara yang mematikan.
Kasus manipulasi kadar emisi gas kendaraan yang dilakukan Volkswagen AG (VW) di Amerika Serikat baru terungkap setelah selama 20 tahun teknologi tersebut mendapat insentif Uni Eropa.
Insentif karena teknologi itu dipercaya bakal mengurangi emisi pemanasan global. Namun, buktinya, teknologi tersebut justru menjadi penyebab ribuan kematian karena peningkatan level gas beracun.
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa asap dari mesin diesel berdampak lebih buruk terhadap kesehatan dibanding perkiraan sebelumnya.
Di antaranya, bisa memicu kanker, serangan jantung, dan menghambat pertumbuhan anak-anak. Banyak politikus telah mengakui kesalahan atas pemahaman terhadap dampak diesel ini.
Wakil Menteri Lingkungan Inggris, Barry Gardiner, sudah mengingatkan kesalahan memberikan insentif terhadap diesel.
"Namun saat itu kita tidak memiliki bukti untuk mengoreksi keputusan kita," ujarnya seperti dilansir The Guardians, Kamis (24/9/2015).
Mobil berbahan bakar diesel adalah ceruk pasar yang eksklusif di Eropa hingga pertengahan 1990-an atau hanya mengambil pangsa kurang dari 10 persen dari total pasar.
Diesel memproduksi karbon dioksida (CO2) 15 persen lebih rendah dibanding bensin. Namun, celakanya, justru memancarkan nitrogen dioksida (NO2) empat kali lebih besar, dan 22 kali lebih besar untuk partikel-partikel kecil yang bisa menembus paru-paru, otak, dan jantung.