Bisnis.com, JAKARTA-- Kuatnya layanan kesehatan primer (puskesmas dan klinik) secara komprehensif, mulai dari dokter atau tenaga kesehatan lain yang kompeten hingga memadainya alat-alat medis serta non-medis, bisa menekan biaya pengobatan pasien.
Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Pelayanan Kementerian Kesehatan, Profesor Akmal Taher, menuturkan, bila dokter di layanan primer mampu menangani penyakit pasien, maka pasien tak perlu merujuk ke dokter spesialis (layanan sekunder), yang biaya pengobatannya 3-4 kali lipat lebih tinggi dibandingkan di layanan primer.
"Saat sakit mestinya datang dulu ke layanan primer, tak perlu langsung ke dokter spesialis. Biayanya bisa 3-4 kali lipat dibandingkan berobat di layanan primer," ujar Akmal di Jakarta, Rabu (18/11/2015).
Menurut dia, dengan mengedepankan pencegahan penyakit, layanan primer yang kuat pun mampu mengurangi jumlah orang sakit.
"Efeknya, jumlah orang sakit berkurang atau sekalipun sampai sakit, jumlahnya pasien di dokter spesialis (layanan sekunder) tidak banyak," kata dia.
Hanya saja, menurut Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kementerian Kesehatan, Usman Sumantri, yang terjadi selama ini justru menumpuknya pasien di layanan sekunder, karena tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan dokter di pelayanan primer menurun.
"Sehingga banyak dari mereka berobat ke tingkat sekunder (spesialis dan rumah sakit). Keadaan ini membuat biaya pelayanan kesehatan menjadi mahal," kata Sumantri, dalam kesempatan yang sama.
Padahal, menurut dia, di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini, diperlukan pelayanan primer yang mampu memelihara kesehatan masyarakat serta mampu mengenal masalah kesehatan yang memerlukan rujukan.
"Dokter harus mampu memberikan pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Harus kita akui kenyataanya, telah terjadi marjinalisasi dokter di pelayanan primer," ungkapnya.