Bisnis.com, SAWAHLUNTO -- Menteri Pariwisata Arief Yahya akan membantu rencana Pemerintah Kota Sawahlunto menghidupkan kembali lokomotif kuno Mak Itam yang saat ini sedang rusak termasuk koordinasi ke Kementerian Perhubungan dan PT KAI.
Dalam kunjungan kerjanya ke Sawahlunto, Arief Yahya, juga menegaskan akan mempromosikan pariwisata Sawahlunto yang mengandalkan wisata sejarah, budaya dan alam ke mancanegara. Mantan Dirut PT Telkom itu yakin aktifnya lokomotif tua bernama Mak Itam itu bisa meningkatkan kunjungan wisatawan.
Lokomotif uap atau yang biasa lebih dikenal sebagai Mak Itam didatangkan dari Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah tahun 2008 itu rusak sejak 2013. 12 pipa pemanas membuat tekanan uap yang dihasilkan dari pembakaran batu bara tidak cukup menggerakkan roda lokomotif.
Pemkot Sawahlunto berharap PT KAI segera memperbaiki Mak Itam jika tidak pemkot siap mengambil alih proses perbaikan.
"Saya setuju dengan positioning Sawahlunto, kita akan jadikan ini heritage kota tua dan harus sama-sama kita dukung dapat pengakuan dari UNESCO karena itu akan mudah dipasarkan dan pengembangan destinasi," ujar Arief Yahya di Sawahlunto, Senin (30/11/2015) malam.
"Salahsatu yang terpenting di sini adalah akses dan akses di sini itu kereta api, saya mohon kepada rekan-rekan mereaktivasi rel kereta api di Sumatra Barat. Dan khusus Sawahlunto lokomotif Mak Itam harus segera jalan dan stasiun Sawahlunto harus segera beroperasi."
"Saya yakin (kembalinya Mak Itam) itu bisa menarik wisatawan ke sini. Kalau target 1 juta wisatawan itu bisa didapat dengan mudah oleh Sawahlunto dan industri lainnya bisa segera berkembang, itu bagus."
"Langsung jangan kuatir, apa yang semua diminta di sini saya yang bertanggung jawab di level pusatnya baik dengan Kemenhub dan rekan-rekan KAI."
"Kalau lihat keindahannya dari Padang ke Sawahlunto itu sempurna, untuk Sumatra Barat saya mengusulkan family tourism dan itu pasarnya tidak kecil."
"Di sini sangat unik, budaya dan alamnya sangat bagus, kalau rekan-rekan di Sumbar setuju saya akan promosikan ke seluruh dunia soal family tourism."