Bisnis.com, JAKARTA - Sejalan dengan semakin berkembangnya era keterbukaan informasi, para orangtua pun semakin banyak yang membekali buah hatinya dengan piranti telepon seluler (ponsel) pintar sejak usia sekolah dasar.
Sampai-sampai muncul berbagai jargon di kalangan masyarakat, ‘anak-anak zaman sekarang semakin canggih.’ Mereka dengan mudah mampu mengoperasikan berbagai gadget dan mengunduh berbagai aplikasi media sosial (medsos).
Anak berusia di bawah 13 tahun bahkan sudah semakin banyak yang memiliki akun medsosnya sendiri. Namun, tahukah Anda bahwa anak-anak sangat rentan terpapar budaya alcoholic karena tidak adanya fitur penyaring konten pada kebanyakan medsos?
Berdasarkan penelitian Texas A&M University di College Station, Amerika Serikat, terungkap fakta bahwa anak-anak mulai usia 13 tahun secara masif terpapar iklan dari industri alkohol di medsos.
Sebagian medsos, seperti Twitter, sebenarnya sudah memiliki fitur yang secara otomatis akan memblok konten direct-to-phone yang tidak patut untuk anak di bawah umur. Namun, berbagai medsos lain, seperti Instagram, masih belum dilengkapi dengan saringan tersebut.
“Saya terkejut dengan penemuan ini, karena sebenarnya teknologi ‘batasan usia’ [age-gate] di platform medsos sangat mudah diaplikasikan,” kata kepala peneliti dari Texas A&M University Adam E. Barry, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Di AS, Distilled Spirits Council of the United States (DISCUS)—yang merupakan asosiasi industri perodusen alkohol di Negeri Paman Sam—sebenarnya telah menerbitkan panduan regulasi pemasaran digital yang ditujukan khusus untuk orang dewasa.
Mereka menyarankan agar setiap produsen alkohol hanya menayangkan iklan di media sosial yang minimal 71,6% penggunanya adalah orang dewasa yang telah dinilai legal atau sah untuk membeli minuman beralkohol.
Selain itu, perusahaan yang mengiklankan produk alkohol harus terlebih dahulu menampilkan halaman konfirmasi usia pemirsa sebelum iklan ditayangkan.
Sayangnya, berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh tim Adam di Instagram dan Twitter, sebagain besar perusahaan alkohol tidak memenuhi persyaratan dalam panduan regulasi tersebut.
“Sebenarnya mempromosikan atau mengiklankan alkohol di medsos yang banyak digunakan anak-anak bukan hal yang ilegal. Namun, saya rasa tidak etis untuk mengekspos anak-anak di hadapan iklan alkohol,” tuturnya.
Sebab, lanjutnya, iklan alkohol di medsos memengaruhi psikologis anak. Pada banyak kasus, anak-anak di bawah umur cenderung akan mencoba minuman keras setelah berkali-kali terpapar iklan. Selain itu, iklan di medsos juga akan semakin menambah jumlah alcoholic.
Riset tersebut menggunakan masing-masing 10 akun di Twitter dan Instagram dengan pengguna berusia 13 tahun, 15 tahun, 17 tahun, 19 tahun, dan 21 tahun. Bersamaan dengan itu, para peneliti juga mengamati akun resmi dari 22 merek alkohol dalam sebulan.
KEMUDAHAN RETWEET
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa anak-anak di bawah umur dapat dengan mudah melihat dan mengakses profil produk alkohol karena kemudahan untuk me-retweet, membagikan konten, dan mem-follow akun produk minuman keras.
Di Twitter, akun untuk anak-anak di bawah 21 tahun dirancang untuk tidak dapat mem-follow atau menerima konten promosi dari merek-merek minuman beralkohol.
Namun, orang dewasa berusia 21 tahun ke atas yang dapat mengakses akun produk miras ternyata menerima tweet yang berkaitan dengan alkohol sejumlah lebih dari 2.000 kali dalam satu bulan.
Sementara itu, di Instagram tidak ada filter usia pada akun yang dapat di-follow. Berdasarkan studi, akun produk minuman beralkohol di Instagram rata-rata mengunduh 362 iklan terkait miras dalam satu bulan.
Penelitian tersebut juga mengungkapkan promosi minuman beralkohol paling gencar dilakukan pada Kamis dan Jumat. Akun-akun produk alkohol tersebut juga merespons dengan cepat komentar-komentar yang dilontarkan anak di bawah umur di Instagram.
“Seharusnya, seluruh medsos menerapkan teknologi age-gate karena mudah digunakan dan selaras dengan tujuan perusahaan minuman beralkohol untuk menjangkau pangsa pasar yang sesuai dengan target mereka. Selain itu juga untuk menghindari anak-anak terpapar pengaruh iklan alkohol,” tegas Adam.
Dia menambahkan meskipun beberapa medsos seperti Twitter telah memiliki filter usia, masih ada banyak cara untuk mengakses, melihat, berinteraksi, dan membagi konten yang diunduh pengiklan minuman beralkohol di jejaring sosial tersebut.
Menurutnya, iklan minuman beralkohol dengan media tradisional akan memengaruhi perilaku alkoholik di kalangan pemuda. Apalagi, jika iklan dilakukan pada media digital yang lebih liberal.
“Penelitian kami menemukan bahwa ponsel milik anak dan remaja yang mem-follow akun produk minuman beralkohol di Instagram cenderung dibombardir dengan konten promosi alkohol secara langsung setiap harinya.”
Di lain pihak, Wakil Presiden Public Affairs DISCUS Lisa Hawkins memaparkan 88% pengguna Instagram dan 91% pengguna Twitter saat ini adalah orang dewasa. Itulah sebabnya perusahaan alkohol memilih memasarkan produknya via media digital.
“Bagaimanapun, kami telah berusaha meyakinkan produsen minuman beralkohol untuk mengimplementasikan teknologi age-gate di medsos untuk menghindari interaksi langsung dengan anak-anak,” ujarnya.
Dia menambahkan meskipun banyak pihak yang menganggap iklan minuman beralkohol menyebabkan generasi muda menjadi alkoholik, data pemerintah menunjukkan alkoholik di bawah umur terus menurun dalam tiga dekade terakhir.
Apapun alasannya, ada baiknya orangtua terus memantau akun medsos buah hati mereka. Selain untuk melindungi anak dari konten yang tidak sesuai usia, cyber bullying, atau predator, juga untuk menjaga agar anak tidak kecanduan medsos. Bila para perlu ortu harus mengetahui kata sandi dari setiap akun medsos yang dimiliki anak mereka.