Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah maraknya produk makanan kemasan yang beredar di masyarakat, memahami kandungan dalam makanan yang dikonsumsi menjadi semakin penting.
Salah satu hal penting dalam ketika memilih produk makanan atau minuman adalah membaca label kemasan secara tepat.
Label kemasan pada kemasan makanan ibarat panduan menuju pilihan yang lebih sehat, namun sering kali tampak rumit dan membingungkan. Tanpa kecermatan, bahkan orang yang teliti pun bisa luput dari informasi penting yang berisiko menimbulkan keputusan kurang sehat atau asupan kalori berlebih. Memahami cara membacanya dengan benar akan membantu Anda membuat keputusan yang lebih bijak demi kesehatan tubuh.
Dilansir dari Healthline, Sabtu (5/07/2025), daftar bahan dalam kemasan makanan atau minuman sering kali sulit dipahami karena menggunakan istilah teknis yang membingungkan.
Banyak produsen juga masih menyamarkan bahan-bahan tertentu agar produknya terlihat lebih sehat. Oleh karena itu, dengan sedikit pengetahuan dan riset, konsumen dapat lebih bijak dalam memahami apa yang sebenarnya dikonsumsi.
Simak Cara Membaca Label Makanan
1. Baca Bagian Belakang Kemasan Makanan
Salah satu tips penting adalah lebih memperhatikan informasi di bagian belakang kemasan daripada klaim yang ada di depan. Label depan kemasan sering dirancang untuk menarik perhatian dengan menonjolkan klaim kesehatan yang belum tentu mencerminkan nilai gizi sebenarnya.
2. Mulai dari Informasi Ukuran Porsi dan Porsi per Kemasan
Ini adalah langkah pertama dan seringkali paling diabaikan. Semua informasi nutrisi pada label, mulai dari kalori hingga lemak dan gula, didasarkan pada ukuran porsi. Perhatikan berapa banyak porsi yang ada dalam satu kemasan. Seringkali, satu kemasan yang terlihat kecil bisa berisi dua atau lebih porsi, yang berarti Anda akan mengonsumsi nutrisi, kalori, dan gula lebih banyak dari yang Anda kira jika menghabiskan seluruh kemasan.
3. Perhatikan daftar bahan (Ingredient List)
Perhatikan daftar bahan pada kemasan produk, yang biasanya disusun berdasarkan jumlah bahan dari yang terbanyak hingga paling sedikit. Sebaiknya fokuskan perhatian pada tiga bahan pertama, karena mereka merupakan komponen terbesar dalam produk tersebut.
Jika bahan utama adalah biji-bijian olahan, gula, atau minyak terhidrogenasi, produk tersebut cenderung kurang bernutrisi. Sebaliknya, pilihlah produk yang mencantumkan bahan-bahan utuh sebagai tiga bahan pertama.
4. Pelajari istilah kandungan makanan
- Gula : Gula, fruktosa, atau madu adalah karbohidrat sederhana yang berasal dari tumbuhan dan banyak ditemukan dalam buah-buahan. Kandungannya biasanya ditulis dalam gram per porsi dan per 100 gram atau mililiter.
- Lemak : Lemak adalah lipid yang terdapat dalam makanan seperti daging, produk susu, dan minyak. Jumlahnya tercantum dalam gram per porsi dan per 100 gram atau mililiter.
- Kalori: Kalori mengukur energi yang terkandung dalam makanan. Makanan yang tinggi protein dan rendah kalori ideal bagi yang ingin menurunkan berat badan, sementara makanan tinggi kalori dan rendah protein biasanya kurang bernutrisi dan berpotensi menyebabkan penambahan berat badan.
- Kolesterol: Kolesterol adalah nutrisi penting yang hanya ditemukan dalam produk hewani, seperti telur, daging, dan produk susu. Kandungannya biasanya tercantum dalam miligram per porsi dan per 100 gram atau mililiter.
5. Periksa Nutrition Facts
Ini merupakan bagian penting dari regulasi pelabelan makanan. Informasi pada label ini mencakup jumlah gula, lemak, natrium, kolesterol, serta serat dalam setiap porsi. Selain itu, Anda juga akan menemukan persentase nilai harian untuk vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat per porsi. Untuk melihat informasi ini, cari kotak atau simbol Nutrition Facts pada kemasan produk, yang bisa terletak di bagian depan maupun belakang.
6. Waspadai Gula Tambahan
Gula tambahan adalah salah satu komponen yang paling sering tersembunyi dalam label makanan. Cari istilah seperti sirup jagung fruktosa tinggi, sirup jagung, dekstrosa, atau nama lain yang berakhiran "-osa" (misalnya, glukosa, fruktosa). Terlalu banyak gula tambahan berkontribusi pada penambahan berat badan, masalah gigi, dan risiko penyakit kronis lainnya. (Muhamad Ichsan Febrian)