Bisnis.com, JAKARTA - Nyaris semua orang Indonesia mengenal mangkuk mie bermotif ayam jago hitam dengan jengger merah yang berdiri di samping tanaman hijau berbunga merah. Mangkuk legendaris ini rupanya tidak hanya familiar di Indonesia, tapi hampir di semua negara Asia Tenggara.
Mangkuk ayam jago yang populer di kalangan penjual bakso dan mie ayam itu terinspirasi dari motif ayam Tiongkok yang digunakan sejak zaman Dinasti Ming di China. Kuat diduga, ayam tersebut berjenis ayam hutan Gallus gallus yang dibudidayakan sejak 8.000SM.
Bercokol dari mangkuk tradisi yang banyak digunakan di kalangan masyarakat Tanah Air selama berdekade-dekade itu, artisan Chitra Subiyakto menciptakan instalasi kain dan pameran tekstil bertajuk Sejauh Mata Memandang.
Sendirinya, Sejauh Mata Memandang—atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sejauh—adalah label fesyen yang digawangi adik Jay Subiyakto itu bersama pecinta seni dan budaya Arya Dipa setahun yang lalu.
Label tersebut mencuri perhatian saat memperkenalkan motif noodle bowl (mangkuk mie) dengan proses penciptaan yang mengadaptasi dari teknik membatik. Karya-karya mereka kental akan unsur peranakan yang dipadukan dengan pecahan motif-motif yang lebih modern.
Dalam instalasi yang digelar di Altenative Public Artspace (A.P.A) Plaza Indonesia itu, Sejauh memamerkan kembali kain-kain yang terinspirasi dari kekayaan alam dan tradisi yang berkembang di Nusantara. Siluet ayam jago di mangkuk mie pun lagi-lagi dimunculkan.
Rentengan dan helai-helai kain digantung lepas di dalam satu ruangan untuk memberi kesan kreasi bebas dari senimannya. Selaku empunya kain, Chitra mengaku motif-motif yang ingin dia sampaikan dalam pamerannya terinspirasi dari pengalaman pribadinya.
“Inspirasi untuk membuat motif baru biasanya diambil dari pengalaman pribadi saat jalan-jalan, melihat pemandangan, menikmati makanan, atau apapun di sekitar kita, ujar perempuan yang menyukai kebaya peranakan China alias encim itu.
Motif Baru
Untuk memeringati setahun berdirinya Sejauh, Chitra pun turut mempersembahkan motif kain terbaru yang bertajuk Algae. Seri ini sarat akan motif geometris kotak-kotak dengan dominasi warna monokromatik hitam-putih, biru tua, merah tua, dan hijau pupus.
Kain-kain yang dipamerkan disusun sedemikian rupa sehingga menyerupai deburan ombak di lautan. Sebab, sang seniman mengaku karyanya terinspirasi dari sekumpulan alga atau rumput laut yang terlihat dari ketinggian ribuan meteri di atas permukaan laut.
“Saat sedang terbang di atas laut dari Bali, saya lihat ke bawah banyak sekali kotak-kotak yang tidak bisa kita lihat kalau berdiri sejajar di pantai karena letaknya hanya beberapa sentimeter di bawah air, dan ternyata itu adalah rumput laut,” tuturnya.
Untuk koleksi kedua setelah noodle bowl ini, Sejauh tetap menonjolkan teknik membatik untuk menyusun gambar dan motif modern yang diaplikasikan di atas kain katun dan sutra yang terkesan ringan dan jatuh.
Chitra mengaku saat mengembangkan karya barunya, dia banyak berjumpa dengan karakter perajin dan artisan batik yang berbeda-beda di setiap daerah. Dia bercerita saat membuat motif noodle bowl, dia bekerja sama dengan perajin Pekalongan dan Madura.
Meskipun mengacu pada motif dan pakem yang sama-sama dikembangkan oleh tim Sejauh, ternyata hasil akhir dari perajin di kedua daerah tersebut sangat berbeda. “Di sini saya merasa kolaborasi Sejauh dengan para artisan di daerah justru mempercantik karya-karya yang dilahirkan. Kerja sama ini hanyalah awal dari kisah perjalanan Sejauh yang masih akan melalui perjalanan panjang dan jauh,” lanjutnya.
Selain mengembangkan motif-motif batik dengan pendekatan modern, duo Sejauh ingin agar kain-kain yang mereka pamerkan dapat digunakan oleh masyarakat urban dalam kehidupan sehari-hari.
“Saya mengapresiasi generasi muda yang senang memakai batik modern. Bagi Sejauh, banyaknya generasi muda yang memakai batik sejalan dengan tujuan kami yaitu untuk mendorong lebih banyak pemuda yang memakai kain Indonesia untu keseharian,” jelasnya.