Relationship

Ironi Generasi Millennial yang 'Kaya' tapi 'Miskin'

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 14 Mei 2016 - 18:51
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Pernahkah Anda merasa sulit sekali menabung? Apakah uang Anda selalu habis sebelum tiba waktunya gajian? Ataukah Anda selalu merasa bokeksebelum akhir bulan, padahal pendapatan Anda jauh di atas rerata upah minimum karyawan?

Sesekali, cobalah telaah kembali apa yang menjadi gaya hidup yang Anda pilih. Jangan-jangan, Anda termasuk bagian dari fenomena generasi millennial yang sanggup bergaya hidup layaknya kelas jetset, tapi selalu mengeluh kekurangan uang.

Sebagian besar warga usia produktif di dunia saat ini didominasi oleh generasi millennial, alias mereka yang memasuki tahap usia dewasa muda (18-35 tahun) pada dekade di atas 2000-an. Kemungkinan besar Anda pun adalah bagian dari generasi tersebut.

Populasi global dari generasi millennial atau yang sering disebut juga Gen-Y saat ini telah menggantikan generasibaby boomers alias Gen-X. Jika Anda memasuki usia produktif pada dekade 1990-an ke bawah, bisa jadi Anda tidak termasuk ke dalam Gen-Y.

Beberapa tahun belakangan, banyak sekali penelitian mengenai pergeseran pola hidup generasi millennial. Sebuah fakta menarik mengungkapkan bahwa generasi baru ini adalah penggerak utama konsumsi dalam sistem perekonomian dunia.

Ternyata, sebagian besar dari mereka adalah konsumen dari gengsi dan gaya hidup prestisius untuk kelas menengah-atas. Mereka adalah generasi yang selalu mengikuti dan up to date dengan tren terkini, dan berusaha mencari peluang bisnis dengan caranya sendiri.

Biasanya, mereka tidak segan mengucurkan banyak uang untuk belanja produk fesyen atau kosmetik terbaru, gadget berteknologi termutakhir, otomotif teranyar, sewa jasa transportasi premium online, atau makan di cafe dan restoran kekinian.

Mereka beranggapan dengan terus mengikuti gaya hidup kekinian, hal tersebut akan menunjang karier mereka dan membuka peluangnetworking yang lebih baik. Untuk membangun jejaring, tidak sedikit orang yang harus janjian rapat di cafeatau restoran mahal.

Untuk bepergian dari satu pertemuan ke pertemuan lain, tidak sedikit orang yang lebih memilih menyewa mobil melalui aplikasi ponsel pintar. Semua dilakukan untuk mendapatkan karier dan pemasukan yang sepadan dengan standar hidup kelas menengah-atas.

Mereka percaya bahwa gaya hidup yang ‘berkilauan’ akan memudahkan mereka untuk mendapatkan respek saat bertemu dengan mitra yang prospektif. Pada kenyataannya, memang benar gaya hidup tersebut dapat memengaruhi dan menunjang karier seseorang.

Ironisnya, di tengah kemampuan untuk bergaya layaknya warga kelas atas, banyak generasi millennial yang selalu mengeluh kekurangan uang. Dengan gaji yang relatif mencukupi dan kemampuan untuk belanja konsumsi, mereka tidak bisa disebut sebagai golongan miskin.

Namun, pada kenyataannya, banyak dari mereka yang terbelit masalah keuangan di balik citra fast-lane lifestyle yang mereka bangun. Co-founder The Street Inc. Jim Cramer meneliti bahwa sebagian uang generasi millennial dihabiskan untuk makeup,ponsel, dan Uber.

Sebuah survei dari Citizens Bank menemukan fakta bahwa mayoritas generasi millennial terancam masalah utang piutang dan kebangkrutan karena mereka dengan tegas menolak menurunkan standar hidup mereka.

Survei tersebut mengungkapkan kurang dari 47% generasi millennial yang tergerak hatinya untuk menurunkan gaya hidup prestisius. Misalnya, dimulai dari hal sederhana seperti memangkas pengeluaran untuk jasa kirim antar makanan (online food delivery).

President of Consumer Lending Citizens Bank, Brendan Coughlin, memaparkan generasi tersebut lebih mementingkan uangnya untuk pergi nonton konser, minum cafe latte di Starbucks, traveling, berlibur, atau mengikuti acara-acara olahraga.

Meskipun mayoritas generasi millennial enggan menurunkan standar hidupnya, lebih dari 57% di antaranya mengaku menyesali pengeluaran impulsif yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.

“Ini adalah konflik besar. Mereka berkomitmen menjalani hidup sesuai keinginan mereka, tapi pada saat bersamaan merasa frustasi karena selalu kehabisan uang. Tidak hanya itu, mereka pun menolak menurunkan standar gaya hidupnya,” tuturnya, dikutip dari Reuters.

Brendan menambahkan masalah utama yang dihadapi generasi millennial adalah sikap ‘masa bodoh’ dengan pendapatan per tahun yang mereka terima. Sebanyak 45% generasi millennial mengaku tidak tahu berapa total pendapatannya, dan tidak menghitung pengeluarannya.  

SARAN PERBAIKAN

Untuk mengatasi masifnya problema keuangan yang dihadapi oleh generasi millennial, Brendan menyarankan beberapa solusi perbaikan dalam sistem keuangan warga usia produktif.

Pertama, ketahui berapa jumlah uang yang Anda miliki. Jangan bersikap abai pada berapa jumlah pendapatan per tahun yang didapatkan. Kedua, lakukan program refinancing atau perbaikan kondisi keuangan.

“Banyak anak muda yang tidak memasukkan perencanaan keuangan ke dalam daftar strategi hidup jangka panjang mereka. Mulai rencanakan pekerjaan sejak sebelum lulus kuliah untuk mendapatkan peluang kehidupan yang lebih baik,” ujarnya.

Saat ini, banyak institusi keuangan yang menyediakan jasa perencanaan keuangan. Jasa tersebut bisa dimanfaatkan apabila seseorang tidak dapat mengatur keuangannya sendiri dan selalu terbengkalai dalam mengendalikan pengeluaran. 

Ketiga, cari bantuan dari perusahaan untuk menalangi pembayaran utang, tanggungan, dan cicilan. Banyak tempat kerja yang sudah menyediakan layanan ini untuk dapat terus mempekerjakan generasi millennial. Jadi, manfaatkanlah!

Jadi, apakah Anda termasuk generasi millennial yang bergaya hidup ‘kaya’ tapi sebenarnya ‘miskin’ di kantong? Jika ya, akuilah gaya hidup Anda sebagai sebuah aksi pengeroposan kemakmuran dan mulailah bijaksana dalam mengatur pengeluaran Anda.

 

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro