Ilustrasi. Kecelakaan di jalan tol. /Antara
Fashion

Setop Kebiasaan Main HP Saat Stress Berkendara

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 28 Mei 2016 - 23:36
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Jika Anda terbiasa menyetir mobil untuk pergerakan sehari-hari di DKI Jakarta, pastinya kemacetan adalah sajian dan pemandangan rutin. Potensi stress ketika berkendara pun praktis tidak terelakkan.

Sebagian orang mengatasi kebosanan dan stress saat terjebak kemacetan dengan bermain ponsel pintar atau mendengarkan lagu. Namun, tidak banyak yang mengetahui cara ampuh menetralisir stress di jalanan terletak pada mekanisme pengendalian emosi.

Sebuah penelitian dihelat oleh University of Houston di Texas untuk membuktikan hal-hal apa saja yang membuyarkan konsentrasi pengemudi serta bagaimana cara mengatasinya. Experimen dilakukan terhadap 59 pengemudi dengan menggunakan simulator berkendara.

Kepala peneliti, Ioannis Pavlidis, mengatakan gangguan konsentrasi pengemudi dipicu oleh 3 faktor; yaitu emosional murni, kognitif, serta fisik/sensorimotor. Masing-masing memberi dampak berbeda terhadap perilaku mengemudi.

Setiap subyek penelitian menjalani beberapa tahapan tes di mesin simulator. Pada tahapan pertama, kebanyakan dari mereka fokus untuk membiasakan diri dengan setir kendali pada mobil. Alat sensor merekam adanya tingkatan stress tahap awal sistem saraf mereka.

Kedua, mesin simulator berkendara tersebut mengubah sudut setir dan haluan kemudi ke kiri atau kanan saat sedang dijalankan pengemudi. Hal ini meningkatkan level stress pada pengemudi empat kali lebih tinggi.

Pada tahapan ini, stress lebih dipicu oleh faktor kognitif karena pengemudi merasa kesulitan menyetir dan faktor emosional karena situasi menyetir yang menantang membuat pengemudi berada di bawah tekanan emosi.

Ketiga, para pengemudi dipersilakan menggunakan ponsel untuk mengirim mengirim pesan atau chatting sambil berkendara. Pada tahapan ini, terjadi stress yang dipicu oleh faktor sensorimotor.

Tahapan keempat adalah mensimulasi gabungan faktor kognitif, emosional, dan sensorimotor sebagai pemicu stress saat berkendara.

Dari keempat tahapan simulasi tersebut, didapatkan hasil bahwa setiap pengemudi berubah menjadi grogi saat mengendalikan setir di bawah tekanan stress. Namun, hanya gangguan sensorimotor yang menunjukkan ancaman paling berbahaya bagi keselamatan.

Dengan kata lain, aktivitas fisik seperti bermain ponsel saat sedang menyetir paling rawan bagi keselamatan pengemudi. Sebaliknya faktor emosional dan kognitif lebih mudah dikendalikan dan justru dapat meningkatkan kewaspadaan pengemudi.

Ioannis menjelaskan stress di jalanan yang berasal dari tekanan mental dan emosional justru akan membuat pandangan pengemudi fokus ke depan dan terkonsentrasi. Bahkan, trayek kemudi mereka menjadi lebih ‘lurus’ dibandingkan saat kondisi normal.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengemudi memiliki mekanisme adaptasi terhadap stress emosional dan kognitif, sehingga mereka masih tetap bisa memberi perhatian ekstra pada jalanan bahkan di saat pikiran mereka sedang sibuk.

“[Di tengah kondisi stress] Sistem di otak pengemudi sudah terisi penuh, karena menyetir itu  sendiri adalah aktivitas yang membutuhkan sumber daya psychophysiological,” jelas Ioannis, dikutip dari Reuters.

Di samping itu, lanjutnya, jika Anda menambahkan faktor stress lain (baik kognitif, emosional, maupun fisik), hal tersebut akan meningkatkan beban sistem otak lebih jauh dan membuat tugas menyetir menjadi lebih sulit.

Lebih lanjut, dia menyebutkan faktor stress emosional dan kognitif berpotensi membahayakan keselamatan pengemudi, tapi bisa berbalik menjadi manfaat apabila dapat ditangani dengan baik.

“Sebaliknya, pengemudi yang tidak dapat mengatasi stress emosional dan kognitif bisa langsung mengalami kecelakaan, karena konsentrasi mereka terpecah. Hal ini biasanya terjadi saat pengemudi sekaligus melakukan aktivitas sensorimotor seperti bermain ponsel.”

Secara ilmiah, melakukan kegiatan seperti texting saat mengemudi membuyarkan mekanisme ‘autopilot’ pada seorang pengemudi. Sebab, konsentrasi mereka terbelah dengan kegiatan lain yang memaksa pandangan mereka teralihkan dari jalanan dan tangan mereka dari setir.

“Pengendalian kendaraan yang baik membutuhkan kedua tangan yang stabil pada setir. Gangguan seperti memegang ponsel akan memengaruhi stabilisasi dan membuat setir kemudi menjadi grogi atau tidak stabil,” jelas Despina Stavrinos dari University of Alabama.

Menurutnya, jika pandangan pengemudi tidak terkonsentrasi di jalanan, kemungkinan besar akan smereka salah mengambil sikap pada setir saat tiba-tiba muncul potensi kecelakaan di depan mata. Akibatnya, insiden pun tak bisa dihindari.

Tip terbaik untuk menyetir dengan aman adalah jangan menjalankan kemudi saat Anda sedang marah atau emosi, apalagi di tengah situasi jalanan Ibukota yang karut marut. Ambil waktu beberapa saat untuk meredakan emosi sebelum kembali berpacu di jalanan.

Selain itu, ada baiknya mulailah mengurangi frekuensi bermain ponsel. Sebab, hal itu adiktif dan dapat merusak konsentrasi, tidak hanya pada saat menyetir tapi pada seluruh aspek kehidupan. Sayangnya, penyakit ‘kecanduan HP’ masih banyak dijumpai di sekitar kita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro