Tim dokter membawa Arya Permana (10), anak dengan 'Severe Obesity' atau Kegemukan yang amat sangat untuk dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Jawa Barat, Senin (11/7/2016). /Antara
Health

Obesitas: Ini Yang Perlu Diwaspadai Jika Anak Anda Gemuk

Abdalah Gifar
Rabu, 13 Juli 2016 - 14:02
Bagikan

Bisnis.com, BANDUNG - Memiliki anak yang tumbuh riang, sehat, gemuk dan lucu, adalah idaman para orang tua. Namun, jika berat badannya sudah berlebihan dan tergolong obesitas, seperti kasus yang terjadi pada Aria Permana bocah asal Karawang, tidak seorangpun mengharapkannya.

Pada awalnya orang tua senang melihat anaknya gemuk karena terlihat sehat dan menggemaskan. Namun, setelah diketahui berat badan sang buah hati sudah berlebihan (overweight), orang tua mana yang tega melihat keaktifan anaknya terenggut dan terbatasi berat badannya sendiri?

Dr. Marte Robiul Sani, dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama (RS SMC) Kabupaten Tasikmalaya, menyatakan berat badan tidak bisa menjadi satu-satunya tolak ukur untuk melihat tingkat kesehatan anak.

Menurutnya, anak yang gemuk belum tentu sehat, begitu pun sebaliknya, anak yang terlihat kurus bukan berarti tidak sehat.

“Kebanyakan orang tua begitu [anggap gemuk itu sehat]. Itu yang sebetulnya salah. Untuk mengukur berat badan anak sudah berlebihan atau tidak, perlu diperiksa,” katanya saat dihubungi Bisnis, Rabu (13/7/2016).

Karena itu, dia menuturkan, orang tua harus disadarkan bahwa berat badan gemuk belum tentu sehat. Kebutuhan kalori masing-masing anak berbeda, dengan turut mengamati seberapa banyak kebutuhan kalori diimbangi dengan aktivitas si anak.

Dia melanjutkan, untuk mengukur tingkat berat badan yang ideal bagi anak tidak seperti pengukuran untuk orang dewasa. Tinggi badan dan berat badan anak, terangnya, di-input (dimasukkan) ke kurva pertumbuhan.

Pada standar hitungan tertentu sesuai WHO Growth Chart Standard (WGCS), anak dapat dikatakan memiliki berat badan normal, kurang, bergizi buruk, ataupun melebihi normal, overweight atau obesitas.

Menurut dia, para orang tua perlu merasa khawatir jika kondisi anaknya sudah memiliki bobot yang tidak seperti anak-anak lainnya. Karena jika terlalu gemuk akan berisiko terkena syndrome metabolic.

“Pada anak-anak jika dia obesitas, ketika dia dewasa sekitar umur 20-30 tahun akan lebih berisiko terkena stroke, hipertensi, penyakit gula. Untuk jangka pendek, dia akan sesak, susah bernapas, sulit bergerak, dan sering mengantuk. Banyak penyakit biasa terjadi ,” urainya.

Jika berat badan anak sudah terlanjur berlebih, terang Marte, cara penanganan yang perlu dilakukan adalah mengatur kalori yang diasup oleh si anak dengan mengonsultasikan kepada dokter anak dan dokter ahli gizi.

“Kalau sudah overweight, dihitung kebutuhan kalori per harinya berapa, nanti dihitung juga makanan berapa banyak, harus ditakar. Biasanya untuk menentukannya itu bersama-sama [dengan dokter anak dan ahli gizi],” sebutnya.

Adapun penyebabnya yang perlu diketahui orang tua, yakni antara lain faktor nutrisi, hormonal, dan gangguan otak. Dalam gangguan otak, sebut dokter spesialis lulusan Universitas Padjadjaran itu, kemungkinan tumbuh tumor yang berpengaruh terhadap produksi hormon yang berlebih.

“Nafsu makan diatur hormon ghrelin. Dia akan merasa ingin makan. Kalau kenyang dia akan berhenti makan yang dipengaruhi hormon leptin. Jika hormon ghrelin-nya berlebih, dia akan merasa lapar terus. Makan banyak dan sering itu bisa menjadi obesitas,” tuturnya.

Penulis : Abdalah Gifar
Editor : Saeno
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro