./.
Referensi

BUKU BARU: Komunikasi Komedi Kupas Panggung Lawak

Azizah Nur Alfi
Jumat, 16 September 2016 - 08:48
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Humor atau komedi saat ini masih fokus hanya untuk sebuah tontonan. Selain itu, humor masih dianggap sebagai kegiatan tidak serius, lucu, dan mengundang tawa.

Padahal, sejatinya, panggung humor dapat menjadi media menyampaikan pesan dan kritik. Peristiwa humor juga dapat dikaitkan dengan beragam disiplin ilmu. Namun, pelaku lawak sulit mencari referensi karena belum banyak naskah ilmiah yang mendalami khusus tentang humor di Indonesia berakhir

Buku berjudul Komunikasi Komedi, Radio-Televisi-Film: Selebrasi Komedian Indonesia menjadi satu dari sedikit referensi yang membahas tentang industri hiburan komedi di Tanah Air. Buku setebal 202 halaman ini, mengaitkan humor atau komedi dengan disiplin ilmu komunikasi dan media massa.

Di samping itu, duet penulis Ius Triartanto dan Yasser Fikry, menyajikan tentang sejarah, teori, hakekat, dan ragam format humor melalui radio, televisi, dan film. Semakin masifnya program atau film humor atau komedi di media penyiaran dan film bioskop juga menjadi kajian dalam buku ini.

Peristiwa humor yang kerap mengundang tawa dan lucu, masih bertahan menjadi daya tarik siaran dan film bioskop. Meski begitu, humor juga sempat mengalami fluktuasi sebagai program hiburan. Pada bab Melucu di Media Radio-Televisi-Film, penulis memaparkan periode dimana komedi pernah mengalami peningkatan jumlah durasi waktu, terutama genre parodi dan stand up comedy.

Di era 1970an dan 1980an, komedi hanya menjadi selingan acara musik. Namun kini, sebaliknya, acara musik justru menjadi selingan program komedi. Meski durasi komedi meningkat, tidak linier dengan bobot kualitas melucu. Hal ini yang dikritik oleh Ius dan Yasser.

Menurut mereka, bobot kualitas melucu komedi sekarang ini cenderung menurun. Pada non stand up comedy misalnya, materi komedi hanya melulu berisi candaan fisik, kata-kata humor repetitif, dan perilaku kebancian. “Bahkan, lawakannya cenderung menghina, melecehkan, dan mem-bully,” tulis kedua penulis tersebut di halaman 55.

Sementara, pelaku lawak di era 1970an dan 1980an kenyang dengan pengalaman panggung dan lahir dari ajang kompetisi komedi, sehingga melahirkan pelawak sejati. Beberapa nama diantaranya, Bing Slamet, Kris Biantoro, Bagyo, Ateng, Iskak, Benyamin, Asmuni, Gepeng, dan lain lain.

Pada bab yang sama, kedua penulis memaparkan perubahan tren pengisi program humor, yang awalnya banyak dihiasi grup lawak menjadi sosok non komedian. Perubahan ini seiring makin masifnya televisi swasta beroperasi. Penonton juga lebih menyukai sajian komedi dalam bentuk komedi situasi dan sarat dengan komunikasi saling ejek.

Imbasnya, pada awal tahun 2000an, grup lawak semakin surut, diganti dengan sosok non komedian tetapi dianggap bisa melucu. Maka munculah nama Aming, Tora Sudiro, Indra Birowo, dan lain lain.

Judul Buku: Komunikasi Komedi, Radio-Televisi-Film: Selebrasi Komedian Indonesia
Penulis: Ius Triartanto dan Yasser Fikry
Penerbit: Graha Cendekia
Tabel: 202 Halaman
Ukuran: 14 x 20 cm
Cetakan 2, Agustus 2016
ISBN: 978-602-1285-99-2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro