Indonesia sejatinya menyimpan kekayaan kuliner yang melimpah dari berbagai penjuru Nusantara. Tetapi kuliner-kuliner tersebut belum dikemas sedemikian rupa untuk menggaet para wistawan. Pemerintah daerah pun diminta tanggap terhadap potensi kuliner ini.
Keragaman kuliner itu tak lepas dari kekayaan alam dan budaya Indonesia. Terhitung ada 1.340 suku bangsa, 2.500 spesies ikan laut, 88 juta hektare hutan tropis, 52 tipe vegetasi, 40.000 spesies tumbuhan dan 2184 spesies ikan air tawar di Indonesia.
Kesemuanya itu berperan menciptakan makanan-makanan khas pada tiap-tiap daerah. Kementerian Pariwisata menyebut terdapat lebih 5.000 resep kuliner dari 34 provinsi di Indonesia. Setiap provinsi memiliki makanan khasnya sendiri-sendiri, antara lain Mie Aceh (Aceh), soto Medan (Medan), rendang (Bukit Tinggi), mpek-mpek (Palembang), asinan Jakarta (Jakarta), mie kocok (Bandung), gudeg, lumpia, nasi liwet (Joglosemar), cwi mie (Malang), dan rujak cingur (Surabaya). Sotong pangkong (Pontianak), kaledo (Palu), soto banjar (Banjarmasin), binde biluhuta (Gorontalo), coto Makassar (Makassar), ayam Taliwang (Lombok), sate lilit (Bali), daging sel (Kupang), Kohu-kohu (Ambon), dan papeda (Papua).
Vita Datau, Ketua Asosiasi Gastronomi Indonesia mengungkapkan potensi wisata kuliner Indonesia sangatlah besar. Jika kuliner-kuliner itu dibuat berbagai paket wisata maka akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara untuk mencicipi makanan-makanan lokal tersebut. Indonesia perlu belajar dari Thailand yang sukses mengembangkan wisata kuliner. Vita mengatakan pemerintah di sana membuat kebijakan untuk mengekspor bumbu-bumbu masakan Thailand ke luar negeri. Dengan begitu restoran-restoran Thailand di berbagai negera tidak kehabisan bumbu dan makanannya menjadi familiar di luar negeri. "Padahal di luar negeri ada restoran Indonesia. Karena itu perlu keharmonisan untuk mengembangkan wisata kuliner ini," ujarnya, Sabtu (1/9/2016).
Vita yang juga Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata RI melihat kunci penting pengembangan wisata kuliner terletak di pemerintah daerah. Sebab pemerintah daerah lah yang betul-betul mengetahui seluk beluk makanan khas di wilayahnya masing-masing. "Sekarang di Kemenpar sudah ada tim percepatan. Selanjutnya tinggal mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan wisata kuliner," ujarnya. Untuk pengembangan kuliner ini, pemerintah daerah terlebih dahulu harus mendata seluruh makanan-makanan lokal bersama dengan pihak-pihak terkait.
Setelah itu makanan-makanan tersebut dikurasi untuk dibuat paket-paket wisata kuliner. Selanjutnya tiga kuliner terbaik yang memiliki cerita dan filosofi dipromosikan. Penentuan-penentuan kuliner ini harus melibatkan budayawan dan ahli kuliner yang benar-benar memahami cerita di balik kuliner tersebut.
Misalnya, di Sumatera Barat ada rendang yang memiliki filosofi kuat pada pilihan bumbu-bumbunya. Di sepanjang Pulau Sumatera hampir memiliki pindang, tetapi dengan ciri khas tersendiri. Di Papua, papedanya lebih kuning dibanding papeda di Ternate yang lebih merah. "Sediakan pula situs untuk mempromosikan kuliner-kuliner tersebut. Situs ini harus punya pemerintah daerah. Selama ini hal tersebut tidak tersedia di situs-situs wisata di daerah," ujarnya.