Bisnis.com, JAKARTA— Penyelenggara festival musik jazz dan musisi didorong untuk lebih banyak mengeksplorasi tradisi musik lokal demi memberikan nilai tambah sebuah acara.
Frans Sartono, Pengamat Musik dan Direktur Bentara Budaya Jakarta, mengatakan saat ini memang banyak festival jazz yang mengadopsi khazanah kebudayaan lokal. Di Bayuwangi misalnya, ada Jazz Patrol yang mengawinkan musik jazz dengan instrument lokal. Adapun di Maumere, tradisi musik Flores yang memiliki ritme cepat ala reggae juga berhasil sukses di tampilkan.
“Setiap festival musik pada dasarnya memang harus berkontribusi terhadap perkembangan musik itu sendiri,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (18/10/2016).
Frans menuturkan musisi dan pihak penyelenggara juga harus lebih kreatif dalam setiap konsernya. Dia mengapresiasi beberapa musisi seperti Djaduk Ferianto yang dengan kreatif dalam membangun koneksi dengan tradisi lokal.
Frans melihat beberapa tahun terakhir pementasan musik jazz mulai dinikmati oleh masyarakat dari segala lapisan. Hal itu sekaligus mematahkan anggapan bahwa jazz merupakan musik kelas atas yang hanya bisa dinikmati kalangan tertentu.
“Itu mitos lama yang tidak tahu jazz itu seperti apa,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini musik jazz bahkan sudah mengalami perkembangan dengan pesat sehingga menjadi sulit mendefinisikan itu sendiri. Dia mendorong musisi untuk terus kreatif memberikan warna baru dalam khazanah musik.
Tidak hanya menggelar konser musik, penyelenggara festival kini juga mulai menyisipkan nilai tambah dalam setiap pelaksanaan acara.
Dalam acara Mandiri Jazz Fiesta yang digelar di Maumere pada Minggu (16/10) misalnya, panitia menyelipkan pesan-pesan lingkungan dengan memilih lokasi di hutan mangrove.
Frans menuturkan isu lingkungan memang mulai banyak diusung oleh setiap festival jazz. Selain itu, jazz juga mulai dimanfaatkan sebagai ajang promosi pariwisata suatu daerah.
