Bisnis.com, JAKARTA - Pada tahun lalu, situs penyedia informasi lowongan kerja Jobstreet merilis sebuah penelitian tentang perilaku generasi millennial, mereka yang lahir di era 1980-an.
Dalam riset tersebut mengemuka fakta bahwa generasi ini senang berganti-ganti pekerjaan untuk mencoba tantangan baru atau mendapatkan penghasilan lebih banyak.
Berganti-ganti pekerjaan memang tidak ada salahnya. Apalagi jika alasan dibalik tindakan itu adalah keinginan untuk terus mengembangkan diri. Namun, bukan berarti kita bisa dengan mudah meninggalkan pekerjaan begitu saja. Diperlukan strategi dan perhitungan matang sebelum benar-benar menutuskan untuk berhenti bekerja.
Lantas apa saja yang harus diperhatikan sebelum resign? Perencana keuangan Farah Dini Novita memberikan beberapa panduan agar tidak menyesal di kemudian hari:
- Perhatikan dana tunai
“Dana cash itu penting, tetapi jangan terlalu banyak juga. Jika terlalu banyak, uang kita tidak akan berkembang secara optimal,” ujarnya.
Seberapa besar uang tunai yang harus tersedia bergantung pada berapa banyak dana darurat yang dibutuhkan dan apakah ada tujuan jangka pendek.
Farah menyontohkan, jika satu keluaga berisi empat orang, dibutuhkan dana darurat sebanyak Rp120 juta. Hal ini dengan asumsi setiap kepala dibutuhkan total pengeluaran selama 3 bulan.
Jika pengeluaran per bulan mencapai Rp10 juta, dibutuhkan dana darurat sebanyak Rp120 juta tersebut. Sebelum berhenti bekerja, sebaiknya kebutuhan dana darurat ini terpenuhi terlebih dahulu.
2. Fasilitas perlindungan
Ketika bekerja, kita biasanya mendapatkan fasilitas perlindungan baik berupa asuransi jiwa atau asuransi kesehatan. Ketika berhenti, semua fasilitas tersebut tentu saja akan dicabut. Jika tetap ingin terlindungi, sebaiknya membeli fasilitas perlindungan tersebut untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Fasilitas kredit
Selain fasilitas perlindungan, beberapa perusahaan biasanya juga memberikan fasilitas pinjaman dengan bunga rendah kepada karyawannya.
Nah, jika berhenti dari perusahaan tersebut tentu patut diperhatikan apakah masih bisa menikmati fasilitas tersebut atau tidak. Jika tidak, maka perlu dicari alternatif pinjaman tersebut dengan bunga yang tidak terlalu tinggi.
4. Diversifikasi investasi
Diversifikasi investasi penting untuk menjaga likuiditas. Jangan karena senang di sektor properti lantas meletakkan semua investasi di sektor tersebut. Properti memang menggiurkan, tetapi tentu diperlukan jenis investasi yang mudah dicairkan. Reksa dana atau saham bisa menjadi solusinya.