Bisnis.com, JAKARTA - Meningkatnya animo pasar terhadap busana muslim syar’i telah membangkitkan gairah desainer dan pengusaha busana untuk terus memodifakasi produk.
Bahan yang tidak menerawang, tidak memperlihatkan bentuk tubuh yang menutup dada, hanya boleh memperlihatkan bagian wajah dan telapak tangan, dan aksesoris yang tidak berlebihan menjadi pakem absolut yang selalu dipegang oleh para desainernya.
Namun, tak berarti pakem itu mematikan ide para desainer. Keunikan selera pasar justru menjadi penyelamatnya. Beberapa desainer yang tergabung dalam Syar’i Community Indonesia (SCI) sepakat bahwa Indonesia telah menjadi kiblat fashion dunia.
“Warna-warna seperti pink, salem, dan warna pastel lainnya di Indonesia itu aman dipadu padankan. Jadi, tidak akan membuat orang yang memakai terlihat berlebihan,” ujar desainer sekaligus pemilik label OSD, Okky Setiana Dewi belum lama ini.
Okky sebenarnya sudah sejak 2014 terjun ke industri busana. Kala itu, dia mengaku kesulitan mencari busana syar’i yang cocok untuk tampil di layar kaca. Lalu, akhirnya dia memutuskan untuk mulai merambah ke bisnis itu.
Sekarang, Okky bahkan telah melebarkan sayap bisnisnya ke negeri jiran. Bahkan, dia menuai sambutan yang positif. Masalah selera, dia mengaku ada perbedaan dengan selera muslimah Indonesia.
Selera wanita di Malaysia cenderung lebih simpel, seperti baju kurung. Menurutnya, Indonesia telah menjadi pusat fashion syar'i dunia.
Untuk selanjutnya, dia akan membuka toko di Kairo, Mesir pada tahun ini, mengingat banyaknya orang Indonesia dan orang melayu yang bermukim di sana.
"Saat ini wanita dari segala strata sosial dan usia mereka bangga menggunakan syar'i. Tren busana syar'i tidak akan ada matinya dan akan terus berkembang sepanjang masa," ujarnya.
Tantangan membangun bisnis di Malaysia, memang harus merelakan waktu untuk pulang pergi ke sana.
Sementara itu, Terry Putri memanfaatkan ajang peragaan busana untuk menarik pasar Eropa. Agar niat untuk memperkenalkan baju muslim bisa tetap dijalankan, Terry membawa busana muslim kontemporer yang berlapis, menyesuaikan udara dingin Eropa.
Upaya Pemerintah
Dalam upaya memperluas pasar ekspor, diperlukan upaya membangun posisi strategis sehingga pasar di luar negeri dapat melihat dan mengenal keunggulan dan kekhasan dari produk industri fesyen Indonesia.
Misalnya, promosi yang masif terkait potensi dan kreativitas, termasuk keunikan ragam kain.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian menargtkan Indonesia menjadi pusat industri fesyen muslim pada 2020. Kementerian Perindustrian mencatat kontribusi tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam perolehan devisa negara cukup signifikan yang mencapai US$12,28 miliar pada 2015.
Pemerintah juga tengah menyiapkan regulasi mengenai kewajiban pemenuhan standar mutu bagi usaha di level kecil dan menengah.
Guna meningkatkan daya saing pelaku usaha, pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian berencana untuk memberikan pelatihan untuk memenuhi beberapa standar seperti keuatan tarik bahan, standar celup, atau ukuran.