Bisnis.com, JAKARTA – Pernahkah Anda mendengar penyakit Moya-moya? Sebuah penyakit yang dapat menyebabkan stroke pada usia muda. Namun sebenarnya berbeda dengan penyakit stroke.
Dokter dari RSPON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono, Muhammad Musdiansyah, menjelaskan bahwa Moya-moya Disease bukanlah penyakit baru.
Namun, belum banyak yang mengetahui dan menyadari. Terlebih penyakit ininkerao muncul tanpa gejala.
"Penyakit ini ditemukannya tahun 1980-an, sudah lama sekali, dan memang asalnya dari negara Jepang. Penyakit ini menyerang pembuluh darah pada otak," jelasnya dalam bincang sehat dengan Kementerian Kesehatan, Selasa (24/12/2024).
Secara arti bahasa Jepangnya, Moya-moya artinya adalah kepulan asap, karena dokter yang pertama kali menemukan penyakit ini mendapat gambaran pembuluh darah di otak pasiennya seperti kepulan asap.
Terkait prevalensinya, merujuk pada data di negara maju, di Amerika ditemukan di 1 dari 1 juta orang, biasanya dari ras Asian American atau African American. Sementara itu, di Jepang kasusnya adalah 1 dari 10.000 orang.
Baca Juga Tips Sehat, 9 Cara Mencegah Stroke |
---|
Moya-moya sendiri merupakan suatu kondisi kelainan bawaan pada pembuluh darah di otak, yang penyebab secara jelasnya belum diketahui.
"Ada yang bilang ada kelainan genetik, jadi memang orang-orang Jepang itu punya locus gen yang spesifik untuk penyakit Moya-moya," ujarnya.
Bedanya dengan Stroke
Musdiansyah mengatakan, stroke terjadi ketika ada sumbatan pada pembuluh darah di otak, bisa karena plak atau ada bekuan darah yang menyumbat.
Sementara, Moya-moya adalah kondisi yang membuat pembuluh darahnya mengecil dengan sendirinya.
"Jadi pipanya makin lama makin sempit, kemudian hilang. Jadi bukan karena ada sumbatan di dalamnya. Pipanya itu mengecil sendiri hingga lalu hilang," jelasnya.
Pada kasus stroke, pembuluh darah bisa dibersihkan sumbatannya, dengan obat pengencer darah untuk membersihkan bekuan darahnya, atau dipasang ring seperti ring jantung.
Namun pada kasus Moya-moya, hal itu tidak bisa dilakukan, karena pembuluh darah yang mengecil akan hilang.
"Ajaibnya, tubuh kita Allah ciptakan begitu canggih. Jadi begitu pembuluh darahnya mengecil, dia membentuk aliran darah baru, kecil-kecil. Jadi muncul pembuluh darah kecil-kecil halus untuk mengkompensasi pembuluh darah utama. Pembuluh kecil-kecil dan halus ini yang kemudian tampak seperti kepulan asap. Jadi namanya Moya-moya itu dari proses kompensasi tubuh terhadap pembuluh darah yang menghilang," terangnya.
Faktor Risiko dan Gejala
Pada penderita Moya-moya, sampai saat ini faktor risiko yang terdeteksi baru terkaut ras dan keturunan.
"Tapi faktor lain, misalnya gaya hidup dan lain sebagainya itu nggak ada. Nggak ada yang terbukti kontribusi terhadap penyakit Moya-moya ini," ujarnya.
Adapun, rentang usia yang berpotensi terkena Moya-moya mulai dari dewasa muda, usia 20 tahun ke bawah, dan kelompok usia 40 tahun ke atas.
Pada kebanyakan kasus, Moya-moya kerao tak bergejala, karena aliran dari pembuluh darah yang kecil-kecil masih cukup mengompensasi.
"Banyak pasien itu ketemu pembuluh darahnya sudah hilang, pembuluh moya-moyanya sudah banyak, pasiennya fine-fine aja. Tapi, ada satu poin, pada satu titik, misalnya, kebutuhan oksigen otaknya lagi tinggi nih. Pasiennya lagi sekolah, lagi mikir, atau lagi olahraga, kemudian dia kecapekan. Tensinya rendah. Sehingga aliran di paritnya ini terganggu, saat itulah terjadi stroke," imbuhnya.