Bisnis.com, JAKARTA - Galeri Nasional Indonesia sebagai lembaga budaya negara yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki program Pameran Keliling yang secara khusus menampilkan dan memperkenalkan karya-karya koleksi Galeri Nasional Indonesia (koleksi negara) kepada masyarakat luas.
Program ini diselenggarakan secara rutin dan bergulir setiap tahunnya di berbagai tempat (lokasi) di luar Jakarta, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Dalam skala nasional, Pameran Keliling pertama kali digelar di Medan, Sumatera Utara (2006); kemudian Manado, Sulawesi Utara (2007); Balikpapan, Kalimantan Timur (2008); Ambon, Maluku (2009); Palembang, Sumatera Selatan (2010); Lombok, NTB (2011); Banjarmasin, Kalimantan Selatan (2011); Makassar, Sulawesi Selatan (2012); Pekanbaru, Riau (2013); Pontianak, Kalimantan Barat (2013); Kupang, Nusa Tenggara Timur (2014); Serang, Banten (2014); Malang, Jawa Timur (2014), Daerah Istimewa Yogyakarta (2015); dan Palu, Sulawesi Tengah (2015).
Pada 2017 ini, Pameran Keliling akan dihelat kembali di Lampung, tepatnya di Taman Budaya Provinsi Lampung, pada 22–29 Maret 2017. Pameran ini merupakan hasil kerjasama Galeri Nasional Indonesia dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung beserta UPTD Taman Budaya Provinsi Lampung. Dikuratori oleh A. Sudjud Dartanto, David, dan Joko Irianta, tema yang disuguhkan adalah “Spirit Khua Jukhai”.
Dalam paparan tim Kurator, Khua Jukhai dalam bahasa Lampung adalah ‘Khua’ artinya dua dan ‘Jukhai’ adalah keturunan atau kelompok. Selanjutnya dapat diartikan lebih lanjut bahwa “Spirit Khua Jukhai” adalah semangat pencampuran budaya dari “masyarakat setempat” dengan budaya dari “masyarakat pendatang” untuk membangun ruang geo-kultural Lampung baik secara sosial, budaya, politik, dan arsitektur.
Pameran “Spirit Khua Jukhai” menampilkan 40 karya seni rupa. 15 diantaranya merupakan karya pilihan koleksi Galeri Nasional Indonesia (koleksi negara). Seperti karya A.D. Pirous, Affandi, Eddy Purwantoro, Helmy Azeharie, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Ida Hadjar, I Nyoman Gunarsa, Kusnadi, Mochtar Apin, R. Basoeki Abdullah, Raden Saleh Sjarif Boestaman, Subardjo, Trisno Sumardjo, dan Widayat. Sedangkan 25 karya lainnya merupakan hasil olah artistik para perupa Lampung terpilih. Seperti karya Bunga Ilalang, Eddy Purwantoro, Helmy Azeharie, Koliman, Nurbaito, Subardjo, dan perupa Lampung lainnya. Karya-karya tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan tim kurator pameran ini.
Baca Juga iPhone 8, Keluaran Anyar Tapi Wajah Lama |
---|
Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus ‘Andre’ Sukmana, berharap semoga pameran ini mampu memberikan suguhan yang menarik sekaligus inspiratif serta edukatif untuk para pelajar dan publik luas, khususnya masyarakat Lampung. “Selain itu juga diharapkan mampu memberi tambahan pengetahuan dan pengalaman untuk menyaksikan secara langsung karya-karya asli yang memiliki nilai historis dalam sejarah seni rupa Indonesia serta motivasi untuk menumbuhkan kecintaan dan penghargaan kepada para seniman daerah,” papar Tubagus dalam keterangan tertulis, Selasa (21/3/2017).
Perhelatan ini selain menyajikan pameran, juga dilengkapi dengan rangkaian program publik. Diantaranya pendampingan edukasi selama pameran berlangsung, sehingga masyarakat dapat mengenal lebih dekat para perupa maestro Indonesia dan perupa Lampung, serta karya-karya rupa yang mereka ciptakan yang melengkapi kekayaan seni rupa Indonesia.