Bisnis.com, JAKARTA-- Sejumlah ilmuan hendak mempelajari kemungkinan produksi energi panas bumi yang bersumber dari magma untuk pertama kalinya melalui sebuah proyek berilai US$100 juta di Islandia.
Jika berhasil, proyek ini diprediksi bisa menghasilkan energi 10 kali lebh banyak dibandingkan cara konvensional.
Proyek ini dikoordinasi oleh Geothermal Research Group (GEORG) Islandia dan Geoligal Survey Inggris. Sebanyak 38 institusi dan perusahaan dari 11 negara, termasuk Amerika, Kanada, dan Rusia turut berpartisipasi dalam proyek penelitian ini.
Dengan memproduksi energi geothermal yang bersumber dari magma, Islandia akan mampu mengekspor lebih banyak energi. Negara itu juga diprediksi mampu menghidupkan kembali rencana proyek kabel listrik yang membentang dari Islandia ke Inggris guna memasok listrik ke rumah-rumah di negeri Ratu Elizabeth tersebut. Jika berhasil, ini akan menjadi interkoneksi listrik terbesar yang pernah ada.
Islandia, sebuah pulau vulkanik yang memproduksi listrik dari panas bumi dan tenaga air secara keseluruhan, membuat kesepakatan dengan Inggris tahun lalu untuk merealisasikan jaringan kabel sepanjang 1.000 kilometer yang disebut IceLink. Proyek ini diprediksi mampu menerangi 1,6 juta rumah di Inggris.
Rencana itu kemudian tertunda karena agenda referendum Inggris yang menginginkan hengkang dari Uni Eropa serta kekhawatiran bahawa Islandia sebagai pihak penyedia berpotensi menaikkan harga listrik dan mengurang ketertarikan negara tersebt akan industri padat energi seperti data center.
"[Kemungkinan peningkatan suplai energi panas bumi di Islandia] hampir pasti akan menjadi sebuah pemacu rencana tersebut sebab tidak lagi ada kekhawatiran terkait efek peningkatan harga lokal dengan adanya peningkatan ekspor," sebut Wayne Bryan, seorang analis Briitish Alfa Energy seperti dikutipp dari Reuters, Senin (10/4/2017).
Proyek magma yang disebut Krafla Magma Testbed tersebut terdiri atas sejumlah tahapan termasuk pengeboran lubang sedalam 2,1 kilometer yang secara langsung mengarah ke ruang magma di bawah gunung berapi Krafla yang terletak di bagan utara Islandia.
British Geological Survey menyebutkan tahap pertama proyek ini direncanakan akan dimulai pada 2020 dan akan menelan bata hingga US$30 juta. Tahap pertama ini juga bertujuan untuk mengeksplorasi terkait mekanisme erupsi guna melindungi rakyat sekitar dari bencana letusan gunung merapi. Pihaknya merasa yakin terkait pendanaan proyek ini seiring dengan banyaknya jumlah negara dan perusahaan yang menunjukkan ketertarikan untuk ikut berkontribusi.
"Sebuah sumur geothermal berbasis magma mampu menghasilkan energi lebih banyak sekitar lima hingga sepuluh kali dibandingkan dengan sumur energii biasa," sebut Sigordur Markusson, seolah manager proyek Icelandic utility Landsvirkjun, yang melakukan pengembangan situs tersebut.
"Di sebuah negara seperti Islandia dengan frekuensi peletusan gunung berapi yang tinggi, berpotensi besar mengganggu sistem penerbangan Eropa, keselamatan merupakan prioritas dalam proyek ini. Proyek ini cukup aman," sebut Hjalti Pall Ingolfsson, Kepala Proyek dari GEORG.