Bisnis.com, PANGKALPINANG — Tren volume pengunjung Museum Timah Indonesia di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung terus meningkat setiap tahun. Capaian itu tak terlepas dari pesona dan daya tarik historisnya.
Berdasarkan data yang diterima Bisnis, lonjakan pengunjung mulai terjadi sejak 2009 sebanyak 1.974 orang, pada 2010 melesat menjadi 5.283 pengunjung, pada 2011 naik menjadi 12.342 pengunjung, namun sempat menurun pada 2012 menjadi 10.335 pengunjung.
Pada 2013, jumlah pengunjung kembali meningkat menjadi 16.342 orang, selanjutnya pada 2014 sebanyak 18.818 pengunjung, pada 2015 sebanyak 22.453 pengunjung, dan pada 2016 sebanyak 28.758 pengunjung.
Sementara itu, sepanjang Januari—Maret tahun ini tercatat 7.504 pengunjung, atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni 5.132 pengunjung.
Kepala Pengelola Museum Timah Indonesia Muhammad Taufik mengatakan, pengunjung berasal dari Bangka Belitung maupun dari luar provinsi. "Dari dalam [Babel] lebih banyak pelajar dan dari luar didominasi wisatawan, masyarakat, dan travel agent," ujarnya kepada Bisnis saat ditemui di museum, Rabu (19/4).
Salah satu faktor peningkatan jumlah pengunjung yakni adanya kendaraan Pownis City Tour, bus tua asli Babel yang mengelilingi Pangkalpinang. Bus itu dihibahkan oleh PT Timah (Persero) untuk memperkaya museum.
Taufik menceritakan, museum ini berdiri di atas bangunan bersejarah. Belanda mendirikan perusahaan tambang timah pada 1816 yang berpusat di Muntok. "Bangunan ini merupakan residence-nya Muntok, kantor pusatnya ada di Muntok, Bangka Barat," kata Taufik.
Selain itu, Di Babel juga pernah diselenggarakan Perundingan Roem Royen ketika Presiden pertama RI Soekarno diasingkan di Bangka pada 1949.
Sebelum dijadikan Museum Timah, kawasan tersebut mulanya dimanfaatkan sebagai wisma budaya pada 1959. Kemudian pada 2 Agustus 1997 menjadi Museum Timah Indonesia karena bangunan itu banyak menyimpan sejarah pertimahan.
Sementara yang di Muntok juga dijadikan Museum Timah pada 11 November 2013. "Jadi ada dua Museum Timah Indonesia yakni di Muntok dan Pangkalpinang."
Ada perbedaan antara museum di Muntok dan Pangkalpinang. Museum Pangkalpinang fokus ke sejarah pertimahan, sedangkan yang di Muntok 70% menceritakan sejarah pertimahan dan peleburan, karena di sana merupakan pusat peleburan (smelter) PT Timah. Adapun, sisanya menampilkan perjalanan sosial budaya di Babel.
Salah satu koleksi museum di Pangkalpinang yang paling menarik perhatian yakni lokomobil. Lokomobil tersebut dibawa Belanda ke Pulau Bangka pada 1917 untuk mendirikan pembangkit listrik tenaga uap, yang saat itu terbesar di Asia.
Lokomobil ini dipergunakan untuk menarik batubara dan mineral hasil tambang termasuk timah. Koleksi lainnya yang menarik adalah replikasi prasasti kotak kapur. Replika ini ditempatkan di museum karena pada zaman Kerajaan Sriwijaya sudah dilakukan penggalian timah sekitar abad pertama.
"Awal penggalian timah di Bangka berada di Sungai Mabad, Kecamatan Marawang, Kabupaten Bangka."
Penemuan timah di Pulau Bangka pertama kali ditemukan nenek moyang orang Bangka saat mencari kayu di bekas lahan yang terbakar. Mereka menemukan seperti bongkahan logam yang telah membeku.
Timah juga dapat dilihat di bekas cucuran air atau selokan rumah, pasir yang berwarna kehitam-hitaman, karena pada saat air jatuh membuat pasir yang lain terpisah dengan timahnya, timah tidak ikut terpencar ke luar karena bobotnya yang lebih berat dari pasir. "Dulu masih banyak timahnya berada di permukaan, lapisan tanah bagian atas, sekitar abad ke-5."
Secara keseluruhan, Museum Timah di Pangkalpinang menyimpan 176 koleksi museum terdiri dari batu-batuan, balok timah, gambar, replika, serta kerajinan dan peralatan penggalian timah pada masa awal eksplorasi di antaranya mangkok kapal keruk, lokomobil, peralatan bor, monitor, dan alat cetakan timah.