Bisnis.com, JAKARTA -- Ipong Purnama Sidhi, seniman yang juga kurator Bentara Budaya pernah memiliki pengalaman berkesan dengan S. Sudjojono.
Ketika itu dia bertemu sang seniman di Kedutaan Besar Amerika di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, pada 1984 sehubungan adanya peringatan hari kemerdekaan AS. Di tengah keramaian pengunjung, dia melihat Sudjojono menyendiri di tengah ruangan.
Ipong mendekati maestro itu dan menyapanya. Pada kesempatan itu, Ipong menanyakan kalimat yang menurutnya klise kepada Sudjojono. "Siapakah sebenarnya, menurut Pak Djo -- Sudjojono-- yang dianggap sebagai pelopor seni lukis Indonesia modern?," ujar Ipong mengulang ucapannya.
Setelah diam sebentar, pertanyaan itu dijawab oleh Pak Djon dengan santai. "Sejarah yang akan mencatat, dan orang akan tahu sendiri," ujarnya dalam katalog pameran sketsa Sudjojono yang bertajuk Hidup Mengalun Dendang di Bentara Budaya Jakarta.
Ipong menambahkan, Pak Djon tidak langsung menjawab hal tersebut. Namun dia mengatakan, tak ada seorang yang dianggap sebagai pahlawan yang menggambarkan pahlawannya dianggap miskin dan anatominya jelek. "Maksud Pak Djon secara tak langsung mengarah pada pelukis Raden Saleh yang menggambar Pangeran Diponeogoro," tuturnya.
Pada saat itu ada dua pendapat yang mengemuka terkait pelopr seni lukis modern Indonesia. Pendapat pertama, mendudukan Raden Saleh dalam posisi tertinggi seni lukis Indonesia. Kemudian Trisno Sumardjo, kritikus seni adalah orang yang pertama kali memberi gelar kehormatan kepada Sudjojono sebagai Bapak Seni Lukis Indonesia Baru pada 1949.