Tim PKM-PE dari UNAIR dan di AMTEC Malaysia meneliti di laboratorium./Istimewa
Health

Mahasiswa Unair Tawarkan “Serbuk Ajaib” untuk Cuci Darah

Choirul Anam
Selasa, 4 Juli 2017 - 14:42
Bagikan

Bisnis.com, MALANG -- Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) menarwarkan “serbuk ajaib, zeolit, berbahan dasar natrium aluminat, silikon dioksida, dan air untuk cuci darah bagi penderita gagal ginjal.

Januardi Wardana, ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Penelitian Eksakta, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair mengatatakan, ginjal merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia. Tetapi, penderita gangguan ginjal, akhir-akhir ini terus meningkat, akibat pola hidup yang kurang sehat.

“Padahal, penanganan kasus gagal ginjal dengan cuci darah (hemodialisis) membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” katanya dalam keterangan, Selasa (4/7/2017).

Karena itulah mahasiswa FST Unair berinovasi dalam penelitiannya dan menemukan solusi yang berpotensi meningkatkan hemodialisis dengan kinerja lebih optimal.

”Penanganan kasus gagal ginjal di Indonesia saat ini terkendala biaya yang mahal dan keterbatasan alat cuci darah, sedangkan penderitanya sekitar 3.000 orang. Banyak yang berakhir dengan kematian. Karena itulah kami berusaha membantu mencari solusinya,” ujar Januardi.

Selain Januardi, tim juga beranggotakan Bella Prelina, Ahya Isyatir Rodliyah, dan Zakiyatus Syukriyah. Atas prestasi ini mereka menuangkan penelitian ke dalam program PKM.

Proposal bertajuk “Potensi Cation Exchanger Zeolit A Sebagai Hemoadsorben Penderita Gagal Ginjal” ini lolos penilaian dan memperoleh dana dari Kemenristekdikti untuk program PKM tahun 2017.

Saring Sisa Metabolisme

Organ ginjal bertugas untuk menyaring sisa-sisa metabolisme, dibuang keluar tubuh manusia. Apabila ginjal tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka akan mengalami gagal ginjal.

Penyebab utama gagal ginjal ini antara lain pola hidup yang tidak sehat, dan akibat tingginya kadar uremik toksin dalam darah.

Ada berbagai macam jenis uremik toksin, salah satunya adalah kreatinin yang merupakan asam organik yang memiliki gugus nitrogen dan diproduksi dalam tubuh manusia, terutama pada hati, ginjal, dan pankreas.

Secara fisiologis, konsentrasi normal kreatinin dalam darah 1,2 hingga 5 mg/dL. Apabila melebihi batas, maka dapat dikategorikan sebagai penyakit gagal ginjal.

“Sementara itu proses hemodialisis selama ini biasanya terjadi dalam waktu relaif lama. Jadi pasien mengalami rasa sakit dan tidak nyaman. Untuk itu diperlukan suatu bahan tambahan yang mampu meningkakan kualitas hemodialisis. Melalui PKM-PE inilah kami meneliti kemampuan zeolit dan zeolit yang ter-imprinted kreatinin untuk adsropsi kreatinin,” kata Januardi.

Kerja Sama

Penelitian PKM-PE ini dilakukan di Universitas Airlangga dan AMTEC, Malaysia. Penelitiannya diawali dengan membuat zeolit terlebih dahulu. Bahan dasar yang digunakan adalah natrium aluminat, silikon dioksida, dan air.
Pembuatan zeolit ini menggunakan metode hidrotermal pada suhu 1000C.

“Sedangkan Imprinted zeolit merupakan zeolit yang telah tercetak porinya dengan pori kreatinin,” ucapnya.

Untuk membuatnya, kata Bella Prelina, anggota tim, menambahkan larutan kreatinin ke dalam suspensi zeolit dan dilakukan ekstrak dengan air panas hingga pH-nya netral, sehingga harapan kami pori-pori zeolit yang terbentuk memliki kesamaan dengan pori-pori kreatinin dan proses adsorpsi semakin cepat berlangsung.

Zeolit yang dipilih digunakan karena mudah dalam sintesisnya dan memiliki potensi besar dalam penyerapan limbah metabolik penderita gagal ginjal. Zeolit memiliki sifat fisika dan kimia yang unik, yakni meliputi dehidrasi, adsorben dan penyaring molekul, katalisator dan penukar ion.

Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, juga dimungkinkan sebagai material berpendukung hemoadsorben yang memiliki tingkat akurasi tinggi, sehingga menjadikannya adsorben yang selektif dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi.

“Pada penelitian ini kami membuat zeolit dan zeolit yang telah terimprinted porinya. Kami meneliti kemampuan adsorpsinya dalam variasi waktu adsorpsi,” ujar Zakiyatus Syukriyah.

Dalam rentang waktu 15 menit, zeolit mampu mengadsorpsi kreatinin sekitar 40%. Sedangkan zeolit yang terimprinted sekitar 60%. Di antara keduanya, zeolit yang porinya telah terimprinted memiliki kemampuan lebih besar dibandingkan zeolit biasa.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Editor : Nancy Junita
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro