Bisnis.com, JAKARTA - Sosok Pangeran Diponegoro tidaklah asing bagi masyarakat Indonesia. Sejak SD sampai SMA namanya terus disebut sebagai salah satu tokoh penting dalam mata perlajaran sejarah Indonesia.
Tetapi kita sering kali tidak menyadari bahwa sosoknya juga merupakan panutan penting bagi negara ini.
Sejarawan asal Inggris Peter Carey menilai sosoknya bukan hanya pahlawan nasional tetapi juga menjadi sosok panutan dalam bernegara yang seharusnya bisa ditiru oleh pemimpin Indonesia saat ini.
Menurutnya Pangeran Diponegoro adalah seorang pemimpin yang pandai bergaul dengan berbagai kalangan. Carey mengatakan hal tersebut dikarenakan sedari kecil Pangeran Diponegoro sudah menjalani kehidupan yang beragam, dari menjadi santri sampai anak raja Jawa, bahkan bergaul dengan para kompeni Belanda.
"Dia lahir dari lingkungan kerajaan, tetapi kemudian pernah tinggal dan dibesarkan di desa, jadi santri. Setelah dewasa dia juga bergaul dengan orang-orang bule dari Belanda. Sosoknya pandai bergaul dan tidak membeda-bedakan," katanya.
Melihat kondisi negara Indonesia yang saat ini kerap digerogoti permasalahan intoleransi beragama dan ketegangan rasial, menurutnya Indonesia perlu kembali belajar pada sikap yang ditunjukan Diponegoro di masa lalu.
"Dia punya dukun, dia punya ahli siasat pamannya sendiri yang orang peranakan, dia punya sahabat orang bule, dia punya dokter pribadi. Dia tidak membeda-bedakan. Kalau Indonesia terus seperti sekarang, tidak akan maju negeri ini. Harus belajar kepada Diponegoro," katanya.
Selain itu, Indonesianis yang lahir di burma (Myanmar) tersebut mengatakan bahwa sosok Diponegoro juga mengajarkan orang untuk ikhlas dan tidak memperpanjang masalah.
Dia mengisahkan bahwa sepanjang hidupnya, Pangeran Diponegoro sering kali menghadapi masalah besar, bahkan harus membuatnya miskin. Tetapi hal itu dihadapi Pangeran Diponegoro dengan tegar dan tidak menangisi masalahnya tersebut.
"Dia pernah mengalami tsunami waktu kecil, setelah itu dia pernah mengalami kebakaran, tetapi dia selalu tegar. Dia selalu bisa move on dari masalah tersebut," katanya.
Kemampuan itu tak lepas dari kebiasannya berpindah-pindah dan mengalami kehidupan yang beragam. Carey mengatakan dia menjadi tidak merasa berat hari saat harus kehilangan seuatu hal. "Pemimpin Indonesia harus bisa seperti itu, pemimpin itu tidak dilahirkan, tetapi dibentuk."
Carey menjelaskan pula bagaimana ketokohan Diponegoro tetap menjadi rujukan bahkan sampai saat ini. Namanya harus tetap menjadi panutan bagi siapapun yang ingin menjadi pemimpin negeri ini di masa depan.
"Dia adalah rujukan di mana-mana. 1912, Indiche Partij merujuk pada dirinya sebagai tokoh, tahun selanjutnya PKI juga didirikan dengan merujuk pada karakternya. Dia menjadi panutan dan rujukan bagi banyak kalangan dari duli, dan seharusnya sampai saat ini," ungkapnya.