Bisnis.com, JAKARTA – Kabar yang datang dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho tentang kondisi kesehatannya yang divonis mengidap kanker paru stadium IV mengejutkan banyak pihak.
Hal tersebut dikarenakan dirinya tetap terlihat beraktivitas seperti biasa yakni menyebarkan informasi atau memberi data soal kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. Beberapa waktu lalu, Sutopo menjelaskan dirinya divonis mengidap penyakit tersebut oleh dokter yang memeriksanya pada pertengahan Januari 2018.
"Dokter bilang saya [mengidap] kanker paru-paru stadium 4 [pada] pertengahan Januari lalu. Awalnya syok, karena saya tidak merokok, genetik tidak ada dan makan sehat. Tetapi, saya pikir ya sudahlah. Ini garis hidup saya. Saya jalani saja dengan ikhlas," jelasnya kepada wartawan, belum lama ini.
Padahal, saat itu, Sutopo masih aktif dan responsif dalam memberikan data serta menjawab pertanyaan para pewarta berita mengenai bencana, termasuk tentang banjir yang menerjang di wilayah Bogor dan Jakarta.
dr Elisna Syahruddin SpP (K) PhD dari RSUP Persahabatan, Jakarta mengatakan mengatakan sulit untuk mendeteksi karena adanya beberapa faktor, utamanya karena gejala kanker paru sendiri tidak memiliki gejala yang khas. Gejalanya hampir sama dengan gejala penyakit paru lainnya, seperti batuk dan sebagainya.
“Kalau dia masih kecil tumornya, paru kan luas jadi suka tidak terlihat gejalanya. Tetapi, kalau sudah besar atau luas gelajanya tidak khas, sama seperti gelaja [penyakit] paru lainnya, seperti batuk, batuk lama, batuk berdarah, nyeri dada, penyakit paru lain juga keluhannya hampir sama. Jadi, tidak khas kalau itu kanker,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Senin (19/02/2018).
Rata-rata pengidap penyakit kanker paru baru akan diketahui setelah stadium lanjut. Hal ini dikarenakan belum tersedianya alat pendeteksi dini atau alat skrining untuk melihat perkembangan kanker tersebut.
Adapun faktor penyebab kanker paru ada bermacam-macam. Pertama, faktor umur yakni orang yang berusia lebih dari 40 tahun berisiko untuk terkena kanker paru.
Kedua, faktor jenis kelamin, yakni orang yang berjenis kelamin laki-laki punya risiko lebih tinggi untuk terkena kanker paru dikarenakan kegiatannya yang lebih aktif. Ketiga, perokok baik pasif maupun aktif, di mana perokok aktif berisiko 8 kali lebih besar untuk terjangkit kanker paru dibandingkan dengan perokok pasif.
Keempat, faktor keturunan. Pasien kanker paru yang memiliki sejarah keluarga yang terkena kanker juga berisiko menderita kanker tersebut.
Terakhir, faktor tinggal di daerah yang berpolusi tinggi seperti pertambangan atau dekat dengan daerah yang terjadi kebakaran hutan.
“Yang perlu diperhatikan adalah faktor-faktor risiko tersebut. Ada faktor yang tidak dapat dikontrol seperti umur, gender atau faktor keturuan. Sementara itu, untuk faktor yang lain seperti perokok [baik aktif maupun pasif] hindari untuk tidak merokok atau dekat-dekat dengan orang yang merokok. Lalu, untuk yang tinggal di daerah yang berpolusi tinggi, jangan tinggal di sana dan sebagainya,” papar Elisna.
Dia menambahkan bagi para pengguna kendaraan bermotor, terutama sepeda motor, usahakan untuk selalu menggunakan masker, rajin berolahraga dan mengonsumsi makanan yang sehat sesuai dengan kebutuhan tubuh.