Bisnis.com, JAKARTA - Pakar Fisheries Toxicology dari Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr. Etty Riani menegaskan cacing yang ditemukan pada ikan makarel di 27 merek ikan kaleng yang beredar luas di Indonesia, merupakan jenis cacing parasit yang dapat menimbulkan alergi bahkan mengakibatkan penyakit kanker.
"Larva dan cacing yang ditemukan hidup pada ikan di 27 merek ikan kaleng seperti yang dirilis BPOM, bukan termasuk jenis cacing berprotein, tapi jenis parasit dan racun penyebab kanker," kata Etty, Kamis (5/4/2018).
Dia mengatakan, larva dan cacing kecil ditemukan berkembang biak pada ikan makarel di 27 produk ikan kaleng ini merupakan cacing jenis "Anisakis simplex" salah satu jenis cacing parasit yang dapat berubah menjadi racun penyebab alergi dan kanker.
"Cacing jenis ini biasanya ditemukan pada ikan produk impor bukan ikan asal Indonesia, karena cacing A. simplex ini hidup di perairan dengan empat musim," kata Etty.
Berdasarkan sejumlah literatur dan jurnal ilmiah yang ada, sampai saat ini jenis cacing A simplex belum pernah ditemukan di perairan negara Indonesia, melainkan larva cacing Anisakis dapat memakan organ ikan hering di negara Norwegia.
"Di negara kita belum ditemukan, dan biasanya jenis cacing ini hidup dalam ikan impor yang dikemas dalam kaleng," katanya.
Berkembangbiak
Menurut dia, telur dan larva jenis cacing A simplex ini tidak hanya bisa hidup pada ikan makarel yang sudah mati (olahan) juga dapat berkembang biak pada mamalia termasuk manusia.
"Larva ini hidup pada ikan sebagai inangnya, namun jika telur-telur cacing yang menempel pada ikan dikonsumsi maka dapat berkembang biak juga dalam tubuh manusia," ujar Etty.
Pada kasus ditemukan cacing dalam 27 merek ikan kaleng yang beredar di masyarakat ini, sudah seharusnya menjadi perhatian pemerintah agar menyikapinya. Karena dapat berpengaruh pada masyarakat untuk mengkonsumsi ikan.
"Pemerintah mestinya tidak boleh mengabaikan kasus ini, karena dapat berpengaruh pada pembangunan sektor perikanan sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi nasional.”
Ia pun berharap agar pemerintah serius dalam kebijakan mitigasi cepat mencakup perlunya kerjasama hulu-hilir sebagai usaha pengetatan persyaratan penanganan ikan sesuai standar mutu kemananan pangan ikan (food safety) yang diimpor dari berbagai negara khususnya negara China.
"Kami menduga semua ikan yang digunakan dalam produk ikan kemasan kaleng yang diproduksi oleh perusahaan nasional pun menggunakan ikan impor karena menggandung cacing A simplex sedangkan di indonesia belum ditemukan," katanya.