Bisnis.com, JAKARTA - Visa mengumumkan hasil studi Global Travel Intentions (GTI) yang mengkaji tren di sektor pariwisata di 2017, yang melibatkan 15.000 responden di lebih dari 27 negara dan teritori.
Studi Visa tersebut menyoroti bagaimana wisatawan telah semakin terbiasa dengan teknologi dalam merencanakan perjalanan dan menavigasi di destinasi yang mereka dikunjungi – 83 persen wisatawan menggunakan teknologi untuk tujuan ini di tahun 2017, angka ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 78 persen.
Sementara itu, mayoritas dari wisatawan mengaku lebih mengandalkan uang tunai ketika melakukan pembayaran di luar negeri (77%).
Dari hasil studi yang diperoleh, wisatawan Indonesia sangat bergantung dengan informasi yang bersumber online di setiap tahap perjalanan mereka: 91 persen saat perencanaan perjalanan, 82 persen saat pemesanan, dan 82 persen mencari akses untuk terkoneksi internet saat tiba di negara tujuan.
Studi lebih lanjut mengungkap bahwa dalam dua tahun mendatang, jumlah rata-rata perjalanan luar negeri yang dilakukan oleh wisatawan Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi 5,4 perjalan, dibandingkan dengan dua tahun terakhir yang hanya 5 perjalanan. Bagi mereka, motivasi untuk bepergian diantaranya adalah untuk berekreasi bersama keluarga saat hari libur dan untuk menghilangkan kejenuhan.
Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Riko Abdurrahman mengatakan, “Studi GTI mengungkap sejumlah tren bepergian yang sangat menarik, termasuk bagaimana teknologi sudah menjadi bagian penting di setiap tahap perjalanan wisatawan Indonesia. Bepergian keluar negeri juga menjadi hal yang biasa bagi wisatawan Indonesia, berkat teknologi yang membuat kegiatan tersebut lebih mudah dan lebih murah dari sebelumnya.”
“Liburan menjadi hal yang biasa dewasa ini seiring dengan mudahnya masyarakat mengakses informasi dan melakukan hampir semua urusan dengan ponsel mereka, dari menelusuri destinasi yang sedang populer, memesan kamar hotel, membeli tiket pesawat, sampai dengan menyusun rencana perjalanan. Studi kami juga menunjukkan bahwa wisatawan Indonesia memilih untuk berlibur dengan keluarga dan kerabat, sebagaimana 30 persen dari responden merencanakan perjalanan selanjutnya dengan tujuan untuk mempererat hubungan dengan keluarga dan kerabat terdekat mereka,” tambah Riko.
Tren Berwisata di 2018:
Selain mengkaji motivasi dan strategi para wisatawan Indonesia dalam bepergian, studi GTI juga mengungkap sejumlah tren makro yang diperkirakan akan berlanjut di 2018:
Ponsel merupakan alat utama dalam memperoleh informasi secara online bagi wisatawan Indonesia: 79 persen responden mengakses informasi wisata secara online melalui ponsel pada saat perencanaan dan pemesanan, dan 84 persen saat tiba di destinasi.
97 persen wisatawan Indonesia ingin tetap terhubung dengan internet ketika berwisata, paling tinggi bila dibandingkan dengan wisatawan di kawasan Asia Pasifik dan Global.
Singapura, Malaysia, Jepang, Hong Kong, dan Australia menjadi destinasi wisata paling sering dikunjungi dalam dua tahun terakhir.
81 persen wisatawan Indonesia menggunakan kartu saat pemesanan, paling tinggi bila dibandingkan dengan wisatawan global lainnya.
Meskipun wisatawan Indonesia percaya diri menggunakan kartu di negara sendiri dan pada tahap pemesanan perjalanan, hanya kurang dari setengahnya yang menggunakan kartu saat di destinasi wisata tujuan.
“Teknologi sudah menjadi bagian penting di keseharian kita, dan kami berharap akan lebih banyak wisatawan Indonesia yang memilih pembayaran digital pada saat perencanaan, pemesanan, dan melakukan perjalanan ke luar negeri. Dengan semakin populernya pembayaran melalui mobile dan contactless dengan teknologi Visa di seluruh dunia, kami berharap hal ini dapat mendorong wisatawan Indonesia untuk membayar menggunakan kartu, khususnya saat mereka bepergian ke luar negeri,” ujar Riko.